Tahun Baru Imlek Tidak Bisa Lepas Dari Gusdur. Kenapa? Ini Sejarahnya

- 17 Januari 2023, 16:56 WIB
Tahun Baru Imlek Tidak Bisa Lepas Dari Gusdur. Kenapa? Ini Sejarahnya
Tahun Baru Imlek Tidak Bisa Lepas Dari Gusdur. Kenapa? Ini Sejarahnya /



PRIANGANTIMURNEWS - Tahun Baru Imlek yang akan jatuh pada Minggu, 22 Januari 2023.

Tahun Baru Imlek adalah hari besar keagamaan yang biasanya dirayakan oleh saudara-saudara kita dari etnis Tionghoa.

Namun Imlek yang merupakan Hari Raya Masyarakat Tionghoa juga merupakan Hari Raya penganut Khonghucu. 


Lantas bagaimanakah awal mula Tahun Baru Imlek dirayakan oleh etnis Tionghoa di Indonesia?

Baca Juga: Bukti Ampuh Penggerebekan Akhirnya Muncul!? Ibu Norma Risma dan Rozy Tidak Bisa Berkutik di Depan Polisi!

Berikut priangantimurnews.com akan mengulas dengan singkat awal mula Tahun Baru Imlek dirayakan secara bebas di Indonesia seperti dilansir dari kanal YouTube @Kayong TV.

Di Indonesia selama kurun waktu 1968-1999 Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Hal ini berdasarkan Instruksi Presiden No. 14 tahun 1947.

Dibawah pemerintahan Presiden Soeharto kala itu melarang segala yang berbau Tionghoa termasuk Imlek.

Namun pada masa Reformasi ketika Abdurrahman Wahid atau Gusdur diangkat menjadi Presiden ke empat Republika Indonesia, Imlek mulai bebas dirayakan di depan umum. 

Baca Juga: Yoona SNSD dan Lee Junho 2PM akan Berperan Penuh Semangat Dalam Drama Terbaru 'King The Land'

Pada tahun 2000, Gusdur mencabut Inpres No. 14 tahun 1967 dan menggantinya dengan Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 2001.

Kepres ini sekaligus meresmikan Imlek merupakan Hari libur pakultatif (bagi mereka yang merayakannya)

Akhirnya pada tahun 2002, Imlek dinyatakan sebagai Hari Libur Nasional.

Atas jasanya, nama Gusdur selalu disinggung ketika Tahun Baru Imlek tiba. Peran Gusdur yakni menyetarakan Hari Imlek dengan Hari Besar lainnya.

Baca Juga: TERBARU! Setelah Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal, Kini Ferdy Sambo Dituntut Hukuman penjara Seumur Hidup

Sejak saat itulah Masyarakat Tionghoa di Indonesia kembali mendapat kebebasan merayakan Imlek.

Sejak saat itu pula kebudayaan yang bernuansa Tionghoa seperti Barongsai kembali dipertontonkan di depan umum.

Maka tidak berlebihan jika banyak tokoh Tionghoa yang menyebut Gusdur sebagai Bapak Masyarakat Tionghoa.

Menurut Mendiang Gusdur, Imlek dan Barongsai merupakan bagian dari kebudayaan.

Kehadiran Gusdur yang menjembatani dan memberikan hak yang sama kepada Masyarakat Tionghoa, membuat banyak Masyarakat Tionghoa yang berhutang budi kepada Gusdur atau KH. Abdurrahman Wahid.

Baca Juga: Terima Aset Tanah Seluas 1.018 Meter Persegi, Pemkot Bandung Bakal Bangun Sub Terminal Pasar Induk Caringin

Itulah kenapa Tahun Baru Imlek di Indonesia tidak lepas dari Kiayi NU ini. ***

 

Editor: Galih Cipta Nugraha

Sumber: YouTube @kayong TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x