PRIANGANTIMURNEWS - Baru-baru ini Twitter kembali dihebohkan dengan Hacker Bjorka yang kembali menjadi trending dan inceran warganet Indonesia.
Pasalnya Hacker Bjorka ini mengklaim bahwa ia telah berhasil meretas dokumen rahasia milik Presiden Indonesia Joko Widodo.
Bukan sekali saja ia berbuat ulah, ia juga bertanggung jawab atas kebocoran data SIM Card kurang lebih 1,3 miliar data registrasi.
Baca Juga: Persib Bandung Menang Lawan Arema FC, Beckham: Alhamdulillah Kami Menang
Publik dibuat penasaran dengan siapa sebenarnya Bjorka, setelah pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika ini mengaku bahwa kebocoran data bukan ada pada pihak mereka.
Kabar terbaru bahwa Hacker Bjorka bersiap akan melakukan peretasan pada My Pertamina sebagai salah satu upaya atas ketidakadilan masyarakat Indonesia atas kenaikan BBM, ulasnya dalam salah satu tulisannya.
Siapa sebenarnya Bjorka, dan darimana asal negaranya.
Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Persib Bandung Menang Lawan Arema FC, Erwin Ramdani Dioperasi?
Beberapa fakta terkait Hacker Bjorka yang diambil berdasarkan beberapa sumber, hingga saat ini belum diketahui mengenai siapa, dan asal negara mana, pemilik akun Bjorka ini berasal.
Namun saat salah satu laman Twitter miliknya terdeteksi sebuah lokasi di Warsaw Poland.
Sebuah informasi menyebutkan jika akun Bjorka kerap kali muncul di situs berat forum, dimana situs tersebut adalah situs keamanan Cyber.
Bocorkan dokumen rahasia milik Presiden Jokowi, Bjorka kembali membuat viral jagat maya Indonesia.
Baca Juga: KASUS SUBANG MENGEJUTKAN: Semakin Terlihat, Yosep Curigai Yoris dan Istrinya!? Cek Faktanya
Khususnya saat ia kembali membuat ulah dengan meretas dokumen rahasia milik negara dalam rentan waktu, tahun 2019 hingga 2021, dan salah satu dokumennya berasal dari BIN.
Dalam unggahannya, ia berhasil mengunggah 679.180 dokumen atau bila dikompres menjadi 40mb.
Menjual data pribadi milik warga Indonesia Hacker Bjorka juga kembali membuat keributan saat ia diduga berhasil dalam menjual data milik Warga Negara Indonesia yang berasal dari KPU, Komisi Pemilihan Umum sebanyak 105.000.000 data.***