Network
Dua fakta mencolok dari film ini yang diantaranya adalah: proses pemakzulan Presiden Dilma Rousseff oleh senat negara tersebut karena dugaan kasus korupsi yang menimpanya. Mendapat porsi.
Penangkapan mantan Presiden Lula da Silva oleh mantan hakim Sergio Moro yang kontroversi dengan tuduhan korupsi, menimbulkan erosi demokrasi di Brazil dan akhirnya membuka jalan bagi Jair Bolsonaro untuk maju.
Petra Costa juga memanfaatkan beberapa kilas balik dengan pemahaman baik tentang fakta dari perspektif sejarah, meninjau peristiwa-peristiwa penting seperti: kudeta 1964, kediktatoran sipil-militer 1964-1985, pemogokan 1978-1980, pemogokan dari Partai Buruh pada tahun 1980, dan pemilihan Lula da Silva pada tahun 2002.
Dalam postingannya, Anies menegaskan perkara demokrasi tidak boleh “taken for granted”, karena penyimpangan kecil yang berkelanjutan terhadap etika dan praktik demokrasi akan menjadi lebih dibiarkan. Serta apabila terlambat akan sulit dikembalikan pada jalur yang benar.
Baca Juga: Sinopsis dan Daftar Nama Asli Pemain Film Argantara, Sedang Tayang di Bioskop
Ayah dari malki itu, menyampaikan pula bagaimana film The Edge of Democracy ini mengingatkannya kepada buku How Democracies Die. Serta mengungkapkan tiga tahapan pelemahan demokrasi secara perlahan dan tak disadari.
“Pertama, kuasai wasitnya. Ganti para pemegang kekuasaan di lembaga negara netral dengan pendukung status quo. Kedua, singkirkan pemain lawan. Singkirkan lawan politik dengan cara kriminalisasi, suap, atau skandal,” ungkap anise mengutip dalam buku How Democracies Die.
“Ketiga, ganti aturan mainnya. Ubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan. Salut untuk Petra Costa yang mengangkat tema penting ini,” lanjut ungkapan dalam postingan.***
