Idul Adha Arab Saudi Dan Indonesia Berbeda, Mengapa? Ini Alasannya

- 1 Juli 2022, 13:14 WIB
Inilah salah satu alasan mengapa hari raya Idul Adha di Indonesia dan di Arab Saudi bisa berbeda.
Inilah salah satu alasan mengapa hari raya Idul Adha di Indonesia dan di Arab Saudi bisa berbeda. /

PRIANGANTIMURNEWS- Pemerintah Arab Saudi menetapkan Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1443 H jatuh pada hari Sabtu, 9 Juli 2022.

Hal ini mengingat hilal awal Dzulhijjah 1443 H berhasil terlihat pada Rabu, 29 Juni 2022 atau bertepatan dengan 29 Dzulqa’dah 1443 H. Hal ini berarti tanggal 1 Dzulhijjah 1443 H jatuh pada Kamis, 30 Juni 2022.

Dikutip dari Arab News pada Kamis, 30 Juni 2022, Menyusul penampakan hilal pada Rabu malam, diumumkan bahwa perayaan Idul Adha lima hari akan dimulai pada 9 Juli 2022.

Baca Juga: Hari Bhayangkara Ke 76 Diperingati Hari Ini Jum'at 1 Juli 2022, Ini 25 Link Dwonload Twibbon dengan Desain

Ini akan menjadi hari ke-10 Dzulhijjah, bulan ke-12 dalam kalender Hijriah Islam," demikian 

Artinya, jamaah haji akan melaksanakan wukuf di Arafah pada Jumat, 8 Juni 2022 bertepatan dengan 9 Dzulhijjah 1443 H.

Hal ini berbeda dengan keputusan Pemerintah Indonesia yang menetapkan 1 Dzulhijjah 1443 H jatuh pada Jumat, 1 Juli 2022 M. Hal ini berarti Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1443 H jatuh pada Ahad, 10 Juni 2022.

Baca Juga: KABAR DUKA : Menpan-RB Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia di Rumah Sakit Abdi Waluyo

Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menyampaikan bahwa secara syar'i, awal hari dimulai dari saat terbenam (ghurub) matahari hingga terbenam berikutnya.

Jarak antara kedua negara cukup jauh, secara geo politik juga berbeda karena tidak dalam satu kawasan. "Ini meniscayakan adanya perbedaan dalam memulai hari," ujarnya kepada NU Online pada Kamis, 30 Juni 2022.

Di lain pihak, lanjut Kiai Sirril, ketampakan posisi bulan/hilal yang menandai masuknya awal bulan bisa berbeda. Untuk kasus awal Dzulhijjah tahun ini, di Arab Saudi posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya sudah memungkinkan untuk dapat dirukyat. Meskipun kriteria yang digunakan bisa beda dengan Indonesia.

Baca Juga: Putra Sule Rizwan Bongkar Sifat Asli Ibu Sambungnya Nathalie Holscher

Sementara di Indonesia, jelasnya, sudah ambil sikap dengan penerapan kriteria baru (Neo MABIMS dengan tinggi hilal minimal 3 derajat, elongasi minimal 6,4 derajat) dan di seluruh Indonesia belum mencapai kriteria. Hal itu diperkuat laporan hasil rukyat yang nihil.

"Jadi dengan penjelasan ini, antara kedua negara suatu saat bisa jadi bersamaan dalam mengawali bulan, bisa jadi beda seperti sekarang ini," terang dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.***

Editor: Galih R

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah