Jarak antara kedua negara cukup jauh, secara geo politik juga berbeda karena tidak dalam satu kawasan. "Ini meniscayakan adanya perbedaan dalam memulai hari," ujarnya kepada NU Online pada Kamis, 30 Juni 2022.
Di lain pihak, lanjut Kiai Sirril, ketampakan posisi bulan/hilal yang menandai masuknya awal bulan bisa berbeda. Untuk kasus awal Dzulhijjah tahun ini, di Arab Saudi posisi hilal baik tinggi maupun elongasinya sudah memungkinkan untuk dapat dirukyat. Meskipun kriteria yang digunakan bisa beda dengan Indonesia.
Baca Juga: Putra Sule Rizwan Bongkar Sifat Asli Ibu Sambungnya Nathalie Holscher
Sementara di Indonesia, jelasnya, sudah ambil sikap dengan penerapan kriteria baru (Neo MABIMS dengan tinggi hilal minimal 3 derajat, elongasi minimal 6,4 derajat) dan di seluruh Indonesia belum mencapai kriteria. Hal itu diperkuat laporan hasil rukyat yang nihil.
"Jadi dengan penjelasan ini, antara kedua negara suatu saat bisa jadi bersamaan dalam mengawali bulan, bisa jadi beda seperti sekarang ini," terang dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.***