Dilematik Peran Tokoh Agama dalam Pembinaan Akhlak Masyarakat

18 Januari 2024, 09:47 WIB
Ilustrasi para tokoh agama yang seharusnya menjadi pilar pembinaan akhlak di masyarakat./raja opera /

PRIANGANTIMURNEWS - Indonesia adalah negara dengan penduduknya mayoritas beragama Islam. Dalam Islam akhlak mendapat perhatian yang istimewa.

Akhlak sendiri mempunyai pengertian budi pekerti,sopan santun,etika dan integritas moral dan berbagai kata yang terkait dengan berbagai perilaku baik manusia.

Orang yang memegang benar hakikat agama akan tercermin dari akhlaknya.Jika akhlaknya mulia maka kualitas keagamaannya juga semakin berkualitas, begitu juga sebaliknya.

Baca Juga: Beberapa Pesan Moral Yang Bisa Di Petik dari Film KKN Desa Penari

Di dalam masyarakat Indonesia pondasi akhlak harus benar-benar kuat. Apalagi saat ini persoalan bangsa semakin menjadi-jadi.Krisis akhlak semakin mengarah ke situasi darurat.

Untuk memperkuat akhlak masyarakat tersebut,peran dari tokoh agama tentu sangat diperlukan. Di zaman globalisasi dan serba digital ini, agama masih diyakini sebagai 'penyelamat' bagi makin terpuruknya akhlak.

Agama mempunyai peranan penting dan strategis utamanya sebagai landasan spiritual,moral dan etika dalam hidup dan kehidupan manusia.

Baca Juga: Saksikan Film 'Kadet 1947' di Bioskop, Film yang Syarat dengan Pesan Moral bagi Generasi Muda

Agama sebagai nilai harus dipahami dan dihayati serta diamalkan dalam tatanan setiap kehidupan individu,keluarga dan masyarakat.

Disinilah peran tokoh agama harus hadir! Dalam masyarakat kita,tokoh agama (Islam) masih dianggap panutan dan teladan. Tokoh agama memiliki pengaruh besar ditengah-tengah masyarakat  karena memiliki kelebihan baik dari ilmu ataupun dari integritasnya.

Tokoh agama juga berperan sebagai imam dalam urusan suatu permasalahan. Tokoh agama masih diyakini juga mempunyai peran sentral  terhadap penyelesaian suatu konflik di masyarakat.

Baca Juga: Gerakan Pemuda Hari Ini Mengalami Degradasi Intelektual Maupun Moral

Namun pada kenyataannya,peran tokoh agama di masyarakat masih dinilai belum optimal terutama dalam pembinaan harmonisasi akhlak. Dilansir priangatimurnews.pikiran-rakyat.com dari IAIN Metro, Lampung, keaneka ragaman masyarakat Indonesia yang demikian heterogen dan ada sebagian masyarakat yang masih kuat memegang tradisi leluhurnya adalah salah satu hambatan terciptanya akhlak yang 'baik'.

Selain itu,diakui atau tidak di masyarakat masih ada oknum tokoh agama yang hanya mengutamakan 'penampilan'. Atribut keagamaannya begitu menempel kuat. Bahkan ada oknum tokoh agama yang setiap hari menyampaikan ceramah bertema akhlak, sementara dirinya sendiri punya akhlak yang melenceng.

Kondisi ini merupakan tamparan khususnya bagi institusi keagamaan itu sendiri. Bahwa lingkungan keagamaan belum menjamin personalnya juga berakhlak.

Baca Juga: Gerakan Pramuka di Pangandaran Harus Menjadi Garda Terdepan Pembentukan Moral Generasi Milenial

Bahkan di Indonesia sudah kerap tersiar kabar adanya pelanggaran norma yang pelakunya adalah tokoh agama.Kasus pelanggaran norma yang sering terjadi di lingkungan keagamaan adalah adanya eksploitasi seks yang nota bene dilakukan oleh tokoh agama di institusi tersebut.

Tujuan mulia untuk menanamkan dan membentuk akhlak mulia masyarakat akan sia-sia jika masih ada oknum tokoh agama yang perilakunya tidak sesuai dengan maruah mulia akhlak itu sendiri.

Ironisnya! Karena pelaku pelanggaran norma tersebut adalah tokoh agama, sebagian pihak masih berusaha untuk membela bahkan cenderung melindungi si oknum tersebut.

Baca Juga: Joe Biden Ungkapkan Akan Membelokan Alam Semesta Moral menuju Keadilan

Penulis setuju jika ada oknum tokoh agama yang telah melanggar norma agama dan negara (misalnya eksploitasi seks) seharusnya mendapat sanski moral dari masyarakat. Di manapun oknum tersebut bertugas atau berdomisili,jangan dikasih mimbar lagi.

Lembaga keagamaan akan mempertaruhkan eksistensinya jika oknum tokoh agama (yang telah melanggar norma tersebut) masih 'bebas' memberikan ceramah keagamaan dan mengajak masyarakat untuk berakhlak baik padahal sama sekali tidak mencerminkan karakter asli dirinya.

Tentu saja kita sepakat oknum tokoh agama yang melanggar norma tersebut hanya sebagian kecil dari tokoh agama yang menjunjung tinggi keilmuan agamanya. Sekali lagi, lembaga atau institusinya tidak salah. Masih banyak sekali tokoh agama yang mempunyai akhlak mulia dan perilaku yang baik untuk dijadikan tuntunan bagi masyarakat.

Baca Juga: Tak Terima Dituduh Gunakan Tameng Manusia: Hamas Kecam UE Putar Balikkan Fakta!

Tokoh agama semacam inilah yang dibutuhkan dalam menanamkan dan membentuk Akhlakul Karimah masyarakat.

Semoga Indonesia yang kini sedang berada dalam jurang krisis akhlak tidak kadung terjerumus. Peran tokoh agama yang benar-benar memahami hakikat keilmuannya menjadi kunci utama 'penyelamat' akhlak masyarakat.

Oknum tokoh agama KW dan telah mencederai maruah mulia eksistensi terhormat dari  institusi keagamaan sejatinya harus dikikis habis.

Baca Juga: Kasus Penistaan Agama dengan Terdakwa Panji Gemilang Mulai Disidangkan di Pengadilan Indramayu

Jika hal ini masih terjadi, pepatah lama yang mengatakan 'Guru kencing berdiri, murid kencing mengikuti' tentu bukan hanya sebuah pepatah belaka.***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: IAIN Metro Lampung

Tags

Terkini

Terpopuler