Penelitian Menyebut Bunuh Diri Menular, Ini Pengendaliannya

- 27 November 2023, 18:22 WIB
Novalda Yogaswari ungkap bunuh diri menural dan  solusi mengatasi penularannya.
Novalda Yogaswari ungkap bunuh diri menural dan solusi mengatasi penularannya. /Edi Mulyana/priangantimurnews/PRMN/

PRIANGANTIMURNEWS - Bicara bunuh diri bukan kata yang asing, mungkin ada yang pernah melihat, mendengar bahkan sering dibaca, dilihat di berbagai media cetak, online dan juga televisi.

Ternyata kita mungkin tidak menyadari bahwa bunuh diri itu bisa menular. Namun jangan kuwatir penulis, Nabilah Munifah dan Novalda Yogaswari, menyebut bagaimana memutus rantai penularannya.

Fenomena bunuh diri dikalangan saat ini adalah sebuah isu yang menjadi sangat mengkhawatirkan dan membutuhkan perhatian serius.

Baca Juga: Pria Tewas yang Ditemukan di Kali Angke Diduga Korban Bunuh Diri

Terdapat beberapa kasus bunuh diri di bulan Oktober 2023 ini menjadi perbincangan di berbagai media sosial.

Pada 10 Oktober 2023 lalu, seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang (UNNES) memilih mengakhiri hidupnya di salah satu Mall Kota Semarang. 

Di tanggal yang sama, seorang mahasiswi di Kupang juga memilih mengakhiri hidupnya sesaat sebelum wisuda. 

Baca Juga: Laporan Bunuh Diri Tentara Zionis Israel Meningkat! Stress Akibat Wajib Militer

Mirisnya, peristiwa bunuh diri ini terjadi bertepatan dengan hari kesehatan mental Indonesia yang jatuh pada 10 Oktober 2023.

Melansir data dari World Health Organization (2014), tiap tahunnya tercatat lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri di seluruh dunia.

Dari angka 800.000 orang telah bunuh diri sehingga hal ini menjadikan bunuh diri sebagai masalah kesehatan global yang harus diperhatikan (Naghavi, 2019). 

Baca Juga: Hasil BRI Liga 1: Tim Aa Rafi Kalah 1-3 dari Persib Bandung, Finky Pasamba Cetak Gol Bunuh Diri!

Penyebab bunuh diri selain penderitaan emosional yang terkait dengan pikiran, juga perilaku bisa berujung kematian dengan bunuh diri.

Selain itu adanya beban ekonomi yang ditimbulkan dari perilaku bunuh diri juga cukup besar, yakni sekitar 44,6 miliar dolar per tahun di Amerika Serikat. 

Di Indonesia sendiri, telah tercatat 971 kasus bunuh diri per-18 Oktober 2023 dan meningkat sebanyak 3.41 oersen dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Isi Surat Wasiat Pasangan Sejoli yang Diduga Tewas Bunuh Diri di Hotel, Ternyata Meminta Hal Ini

Data Pusat Informasi Kriminal Nasional Kepolisian RI, 2023. Di beberapa kalangan seperti pada mahasiswa dan remaja, bunuh diri menjadi suatu tren yang berdampak signifikan dengan terjadinya perilaku bunuh diri tersebut.

Perilaku bunuh diri merupakan penyebab kematian di dunia yang disebabkan oleh perilaku menyakiti diri sendiri dengan intensi untuk mati sebagai hasil dari perilaku tersebut.

World Health Organization, 2021. Goldsmith dkk 2002 menyatakan, bahwa suicidality adalah istilah yang luas yang mencakup semua perilaku dan pikiran terkait bunuh diri. Melakukan atau mencoba bunuh diri, ideasi bunuh diri, atau komunikasi tentang bunuh diri.

Baca Juga: Jumlah Korban Bom Bunuh Diri di Polsek Astanaanyar Bandung Jawa Barat: Satu Anggota Polisi dan Pelaku Tewas

Sedangkan ideasi bunuh diri merujuk pada adanya pemikiran, pertimbangan, atau perencanaan bunuh diri (Klonsky dkk., 2016).

Ideasi bunuh diri dapat dipicu oleh berbagai macam faktor, salah satunya ialah paparan terhadap upaya bunuh diri atau kasus bunuh diri yang intens yang kemudian dapat memicu meningkatnya ideasi bunuh diri hingga meniru tindakan bunuh diri tersebut. 

Hal ini kemudian disebut dengan copycat suicide atau suicide contagious (bunuh diri menular). Mengenal Copycat Suicide (Suicide Contagious).

Baca Juga: 11 Orang Jadi Korban Bom Bunuh Diri di Mapolsek Astanaannyar, Kapolda: Satu Polisi yang Meninggal Aiptu Sofyan

Fenomena Copycat suicide atau suicide contagious adalah peristiwa unik di mana seseorang mencoba bunuh diri setelah diumumkannya kasus bunuh diri. 

Dengan kata lain copycat suicide sendiri suatu perilaku bunuh diri imitatif yang terjadi setelah seseorang mengamati atau mengetahui bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain, terutama kasus yang terkenal dan diberitakan secara luas di media. 

Copycat suicide dapat meningkatkan angka bunuh diri di suatu daerah tertentu atau bahkan seluruh negara untuk sementara waktu dalam jangka panjang. 

Baca Juga: Remaja Nekat Bunuh Diri Karena Tidak dibelikan Motor, Inilah Kronologinya

Temuan dari berbagai penelitian (Phillips, 1974; Niederkrotenthaler dkk, 2010 dan Ladwig, 2012) di negara-negara Barat mengindikasikan efek yang berlangsung hingga 2 minggu.

Sedangkan penelitian milik Fu & Yip (2007; 2010) menemukan efek peniruan dari perilaku bunuh diri selebritas berlangsung hingga 6 bulan di negara-negara Asia.

Kemudian dalam penelitian Soo Ah Jang pada tahun 2016 mengatakan, bahwa media ikut andil dalam meningkatnya efek copycat suicide yang menyebabkan tingkat bunuh diri meningkat. 

Baca Juga: Pasca Bom Bunuh Diri di Polsek Astanaanyar Kota Bandung, Polri Pastikan Situasi Terkendali

Lalu, bagaimana yaa copycat suicide ini dapat terjadi? Mari kita telaah dalam sudut pandang psikologi.

Terjadinya Copycat Suicide dalam sudut pandang psikologi dalam perspektif psikologi, fenomena copycat suicide bisa dikaitkan dengan teori observational learning milik Bandura yang merupakan salah satu teori belajar sosial mengenai 

bagaimana perilaku manusia bisa dipelajari melalui pengamatan dan peniruan terhadap orang lain di lingkungan sosial mereka.

Baca Juga: Episode 10 Little Women Diluar Dugaan: In Joo Kehilangan Uangnya dan Prak Jae Sang Bunuh Diri, Berikut Alurnya

Menurut Bandura, observational learning merupakan proses kognitif yang melibatkan sejumlah atribut seperti bahasa, moralitas, pemikiran dan pengaturan diri dari perilaku seseorang. 

Artinya, individu tidak sekedar meng-copy atau meniru, secara otomatis (mekanis) setelah mengobservasi lingkungannya.

Melainkan, Individu akan memproses secara kognitif dengan menggunakan pertimbangan pengalaman sebelumnya, moralnya, cara pandangnya atau pemikirannya (Suroso, 2004). 

Baca Juga: KABAR TERBARU, Randy Resmi Dipecat Terkait Kasus NWR yang Nekart Bunuh Diri di Samping Pusara Ayahnya

Bandura menyebutkan ada empat proses yang mempengaruhi Observational Learning yaitu: 

1. Proses Perhatian (Attentional Process), dimana sebelum suatu perilaku bisa dipelajari dari model, model harus lebih dulu melakukannya karena hanya yang dapat diobservasi sajalah yang dipelajari dan hal ini berarti juga terkait pada kapasitas sensorik seseorang. 

Seseorang yang rentan terhadap bunuh diri mungkin memberikan atensi yang tinggi kepada orang yang bunuh diri, terutama jika mereka mengidolakan atau menganggap sebagai sosok yang penting, relevan, atau mirip dengan dirinya. 

Baca Juga: Dimarahi Orang Tua Karena Mencuri Motor, Diduga Pemuda Nekat Bunuh Diri

Selain itu, media yang memberitakan bunuh diri secara detail, sensasional, atau berlebihan juga dapat meningkatkan atensi terhadap model.

2. Proses Retensi (Retentional Process), yakni suatu informasi yang diperoleh (diobservasi) informasi bermanfaat yang disimpan baik secara simbolis dengan dua cara (Imajiner dan Verbal). 

Seseorang yang rentan terhadap bunuh diri mungkin menyimpan informasi tentang cara, alasan, dan dampak dari bunuh diri tersebut dalam memori mereka, terutama jika informasi tersebut disajikan secara visual, verbal, atau simbolik. 

Baca Juga: Influencer Wanita Asal China Bunuh Diri Saat Live Streaming

"Informasi tersebut dapat menjadi sumber inspirasi, justifikasi, rasionalisasi bagi perilaku bunuh diri," kata Novalda Yogaswari kepada priangantimurnews.pikiran-rakyat.com Senin 27 November 2023.

Seperti seorang remaja yang telah memperhatikan berita tentang bunuh diri, kemudian ia mencoba mengingat bagaimana cara bunuh diri yang dilakukan model seperti menggunakan alat tajam, obat, atau tali.

Alasan model melakukan bunuh diri seperti stress, depresi, atau traumanya, atau dampak bunuh diri model seperti pemberitaan media, penghormatan, atau penghargaan yang diberikan kepada model.

Baca Juga: VIRAL di Video, Putus Cinta Seorang Pelajar Putri Mau Bunuh Diri Loncat dari Jembatan

3. Proses produksi perilaku (Behavioral Production Process), dimana proses produksi perilaku menentukan tingkat dimana segala sesuatu yang telah dipelajari akan diterjemahkan dalam bentuk perilaku. 

Proses ini berkaitan dengan seberapa baik seseorang mengekspresikan perilaku model yang telah diamati. 

Ekspresi ini membutuhkan kemampuan motorik, kognitif, dan afektif untuk melaksanakan perilaku bunuh diri seperti keberanian, keteguhan, atau keputusasaan. 

Baca Juga: Kiky Saputri si ‘Ratu Roasting’ Pernah Frustasi dan Hampir Bunuh Diri, Ini Pengakuannya

Sehingga seseorang akan lebih mudah meniru perilaku model jika ia memiliki sarana, keterampilan, atau keinginan untuk melakukannya.

Proses motivasi (Motivational Process), proses ini berkaitan dengan seberapa besar dorongan yang dimiliki seseorang untuk meniru perilaku model.

Dorongan ini dipenagaruhi oleh penguatan (Reinforcement) yang memiliki dua fungsi yakni: 

(a) Menciptakan penghargaan, apabila bertindak seperti model yang mendapatkan reinforcement, maka ia akan mendapatkan reinforcement juga.

Baca Juga: Angelina Jolie Sempat ingin Bunuh Diri, kenapa?

(b) Proses Motivasi, memberikan satu motif untuk menggunakan apa yang telah dipelajari. Seperti seorang remaja yang telah mampu mengekspresikan perilaku bunuh diri.

Model mungkin memiliki motivasi untuk melakukannya, yang berasal dari berbagai faktor, seperti stres, depresi, kesepian, rasa tidak berdaya, atau harapan untuk mendapatkan simpati, perhatian, atau pengakuan dari orang lain. 

Motivasi ini dapat diperkuat oleh penguatan tidak langsung, yaitu konsekuensi yang dialami oleh model atau orang lain yang meniru perilaku, seperti pemberitaan media yang berlebihan, penghormatan, atau penghargaan yang diberikan kepada model, yang dapat meningkatkan daya tarik atau nilai sosial dari perilaku tersebut.

Baca Juga: Intip Series Little Mom Episode 6, Naura Ingin Bunuh Diri Karena Ini

Copycat suicide dapat muncul dikarenakan maraknya pemberitaan tentang bunuh diri yang begitu detail, seperti cara mereka bunuh diri, alasan bunuh diri dan sebagainya. 

Isi berita yang begitu sensasional dan dramatis semakin membuat pembaca yang merasakan hal yang sama seperti ikut ke dalam cerita yang menyebabkan keinginan bunuh diri timbul. 

Tak hanya itu, pada tahapan menerima informasi ini, kecerdasan emosional (emotional intelligence) individu berperan dalam menentukan pengambilan keputusan apakah meniru perilaku tersebut akan bermanfaat bagi diri sendiri atau sebaliknya.

Baca Juga: Sinopsis Series Little Mom Episode 6: Yuda Kabur, Naura Sedih Hingga Niat Bunuh Diri

Kecerdasan emosional adalah keterampilan penting dalam kehidupan yang meliputi ketekunan, kegigihan, dan bertanggungjawab atas diri sendiri. 

Ini memungkinkan individu untuk berempati dengan emosi orang lain dan mengendalikan dorongan diri.

Kecerdasan emosional terdiri dari lima subkomponen: pengetahuan diri, pengendalian emosi atau diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. 

Lalu bagaimana hubungannya dengan perilaku bunuh diri pada individu? 

Baca Juga: Bom Bunuh Diri di Makassar Hingga Teroris Serang Mabes Polri, Ridwan Kamil: Jangan Takut, Kita Tak Akan Kalah

Temuan Korkmaz dkk (2020) mengenai hubungan kecerdasan emosional dan perilaku bunuh diri melihat bahwa ketidakmampuan untuk mengenali, menyadari, atau memahami emosi diri sendiri dan orang lain dapat membuat individu mempertimbangkan bunuh diri sebagai solusi atas kesulitannya. 

Individu yang mencoba bunuh diri memiliki skor pengendalian emosi yang lebih rendah dibandingkan individu yang sehat. 

Hal ini menunjukkan adanya kesulitan dalam mengelola emosi dan mengadopsi mekanisme penanganan emosi yang sehat. 

Baca Juga: Ayah Meracuni Dua Anak Kandung dengan Racun Tikus, Pelaku Lantas Coba Bunuh Diri

Dengan demikian, individu dengan kecerdasan emosional rendah yang kemudian terpapar dengan berita kasus bunuh diri secara intens akan lebih mungkin memunculkan ideasi bunuh diri maupun meningkatkan ideasi terhadap peniruan perilaku bunuh diri sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

"Lalu dengan mengetahui cara penularan bunuh diri ini, hal apa saja ya yang harus dilakukan untuk mencegahnya?,"ujarnya.

Upaya pencegahan dan catatan penting bagi orangtua sebagai pengguna internet dan audiens media massa, terutama kelompok rentan seperti mahasiswa dan remaja.

Baca Juga: Stres Mikirin PPKM, Ketua Asosiasi Kafe dan Restoran (AKAR) Bondbond Lakukan Percobaan Bunuh Diri

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memutus rantai copycat suicide ini. Pertama, mengidentifikasi risiko yang ada baik dari dalam dan luar diri masing-masing. 

Seperti misalnya, mengenali apakah diri kita sedang mengalami tekanan sosial yang tinggi, baik dari lingkungan sekolah, teman sebaya, maupun tuntutan akademik sehingga muncul stress hingga keinginan untuk bunuh diri.

Manfaat mengetahui hal ini adalah kita dapat mencari akses dukungan dan bantuan yang tepat ketika gejala copycat suicide terjadi dalam diri kita, seperti bercerita pada orang terdekat yang dapat dipercaya maupun meminta bantuan profesional seperti konselor atau psikolog. 

Baca Juga: Link Live Streaming Ikatan Cinta 13 Juli 2021, Mamah Sarah Akan Bunuh Diri, Reyna Diminta Tes DNA dan Depresi

Kedua, pencegahan terjadinya efek copycat suicide dapat dilakukan dengan mengembangkan emotional intelligence dalam menanggapi berita bunuh diri seperti mengenali emosi yang dirasakan, mengambil tindakan untuk menghindari berita bunuh diri jika timbul rasa tidak nyaman atau frustasi, serta memperbanyak membaca hal-hal positif yang mampu mengembangkan rasa percaya diri dan afek positif. 

Kedua cara ini dapat membuat kita semakin mengenali diri dan mencegah meningkatnya pemikiran bunuh diri yang dapat dipicu oleh efek copycat suicide.

Tak hanya itu, orangtua juga memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan mental dan keselamatan kelompok rentan ini. 

Baca Juga: Elsa Tinggalkan Pesan Selamat Tinggal, Nino Curigai Elsa Bunuh Diri, Sinopsis Ikatan Cinta

Orangtua yang memahami gejala timbulnya copycat suicide dapat lebih mudah mengidentifikasi perubahan perilaku atau tanda-tanda kesehatan mental yang mungkin menunjukkan risiko bunuh diri pada anak.

Sehingga, orangtua dapat menjadi perhatian pada anak yang kemudian menunjukan gejala seperti penarikan diri, perubahan suasana hati yang drastis, hilangnya minat pada kegiatan yang sebelumnya disukai, atau perubahan pola tidur dan makan. 

Orangtua kemudian dapat memberikan dukungan seperti mendengarkan secara aktif, memberikan dukungan emosional, dan mengajak anak untuk berbicara tentang perasaannya. 

Baca Juga: Sekjen PDI Perjuangan Jangan Beri Ruang Radikalisme dan Terorisme, Hasto: Bom Bunuh Diri Mematikan Kemanusiaa

Hal ini dapat membantu anak merasa didengar, dipahami, dan didukung, serta mendorong mereka untuk mencari bantuan jika diperlukan. 

Penting memahami gejala timbulnya copycat suicide hanya merupakan langkah awal dalam pencegahan bunuh diri. 

Diperlukan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan kerjasama antara profesional kesehatan mental, pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara keseluruhan untuk mengatasi masalah ini dengan lebih efektif.***

Editor: Sri Hastuti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x