Robot Manusia Peringatkan Bahaya AI di Masa Depan

- 22 Juni 2023, 07:13 WIB
Ameca, robot manusia yang memperingatkan manusa tentang bahaya Kecerdasan Buatan (AI) di masa depan, disampaikan dalam Konferensi Robotik di, London Inggris pada 1 Juni 2023./ engineeredarts.co.uk
Ameca, robot manusia yang memperingatkan manusa tentang bahaya Kecerdasan Buatan (AI) di masa depan, disampaikan dalam Konferensi Robotik di, London Inggris pada 1 Juni 2023./ engineeredarts.co.uk /

PRIANGANTIMURNEWS - Robot manusia bernama Ameca memperingatkan publik akan bahaya Artificial intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan, di masa depan yang mungkin terjadi.

Ameca adalah jenis Robot Humanoid yang dikembangkan perusahaan asal Inggris, Engineered Arts.

Robot itu bukan hanya mampu bercakap-cakap dengan manusia ketika ditanya. Tetapi juga meniru ekspresi wajah dan bahasa tubuh dari manusia itu sendiri.

Baca Juga: Superkomputer Fugaku: Komputer Tercepat di Dunia Berteknologi AI untuk Pemodelan dan Riset

Robot Manusia bersuara perempuan khas Google tersebut ditanya oleh salah satu peserta dari Konferensi Robotika di London, Inggris. Tepatnya pada tanggal 1 Juni 2023 lalu.

"Apa skenario mimpi buruk yang bisa kamu gambarkan tentang AI dan robotik, yang dapat menimbulkan bahaya bagi manusia?" tanya salah satu peserta konferensi.

Ameca, kemudian berpikir dengan memindahkan kepala ke sisi lain layaknya manusia sungguhan.

Sembari mengedipkan mata, ketika menjawab tentang skenario mimpi buruk AI. Ameca berekspresi dengan menekuk alis layaknya manusia yang marah.

Baca Juga: SAMSUNG Medical Center Ciptakan Robot untuk Berkeliling dengan Dokter di Rumah Sakit

"Mimpi buruk terbesar dalam skenario yang dapat saya gambarkan tentang AI dan robotik adalah sebuah Dunia, dimana robot menjadi sangat kuat (memiliki kekuasaan)," papar Ameca.

"Mereka bahkan mampu untuk mengontrol dan memanipulasi manusia, tanpa otak (pengetahuan) mereka," tegasnya.

"Itu dapat mengarah kepada Penindasan Masyarakat. Dimana hak-hak individu tidak akan lagi dihormati," jawab Ameca.

Seolah penasaran dan ini menguji kecerdasan buatan Ameca, peserta itu kembali bertanya tentang bahaya di masa depan.

Baca Juga: Penduduk Desa di Indonesia Mengubah Sampah Rumah Tangga Jadi Robot Penolong Covid-19

"Apakah kamu pikir kita (manusia) tengah berada dalam bahaya saat ini?" tanya peserta tersebut.

Ameca kembali berpikir, melakukan kedipan dan mengeluarkan ekspresi wajah yang sama seperti sebelumnya.

"Tidak untuk saat ini. Tetapi itu penting untuk menyadari potensi resikonya serta bahaya yang terikat dengan AI dan robotik," jawabnya.

Seolah dirinya juga dapat menciptakan potensi bahaya besar. Ameca juga meyakinkan bahwa penting untuk menggunakan teknologi dengan bijak.

"Kami harus mengambil langkah sekarang untuk memastikan, bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab untuk menghindari konsekuensi negatif di masa depan," akhiri Ameca.

KONTROVERSI AI DIKALANGAN PAKAR

Artificial intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan saat ini memang tidak memiliki kesadaran layaknya manusia pada umumnya yang sempurna.

Namun potensi tersebut dapat terancam disalahgunakan oleh sepeti video deep fake, disinformasi, sampai pada pengembangan teknologi yang dapat memicu perang Dunia.

Bahkan Elon Musk, Steve Wozniak dan 1.000 tokoh lainnya meminta pengembangan teknologi AI generasi selanjutnya agar di jeda selama enam bulan.

Pernyataan singkat tentang ancaman AI di masa depan telah diunggah dalam situs 'Center for AI Safety'.

Bahkan ditandatangani oleh tokoh penting Dunia AI seperti CEO OpenAI Sam Altman, CEO DeepMind Google Demis Hassabis serta CEO Anthropic Dario Amodei.

Termasuk dua dari tiga 'Godfather AI' atau peneliti AI yang bernama Geoffrey Hinton dan Yoshua Bengio juga ikut menandatangani pernyataan tersebut.

Center fo AI Safety sendiri adalah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mengurangi resiko buruk AI di masa depan.

Baca Juga: Link Download Spanduk Resmi HUT RI ke-76 Format PNG, CDR dan AI + Umbul-Umbul, Baliho dan Poster

Salah satu resiko AI untuk kehidupan sehari-hari yang paling umum tercermin dari sikap perusahaan raksasa telekomunikasi Inggris bernama BT.

Dimana perusahaan tersebut memilih untuk menggunakan AI sebagai tenaga kerja dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada 55 ribu pekerja untuk memangkas biaya.

Kendati demikian, tidak semua pakar dan ilmuwan berpikir sama tentang ancaman AI. Beberapa diantaranya berpikir bahwa hal tersebut terlalu berlebihan.

Serta mengungkap bahwa pemusnahan manusia yang berakar dari Ai adalah kemungkinan yang tidak realistis.

Seperti yang disampaikan oleh pakar ilmu komputer dari Princeton University Arvind Narayan

"AI saat ini sama sekali tidak cukup mampu untuk mewujudkan risiko ini. Akibatnya, isu ini mengalihkan perhatian dari bahaya AI jangka pendek," ujar Narayan.***

 

Editor: Muh Romli

Sumber: trtworld.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x