Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na‘budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Segala puji bagi-Nya.”
“Allah Maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah.
Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya.
Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar.”
Baca Juga: 15 Kata-kata Mutiara Ucapan Maaf di Hari Raya Idul Fitri, Pas Dijadikan Caption di Sosial Media
Awal mula idul fitri dan bacaan takbir saat momentum Rasulallah memenangkan peperangan terhadap kaum Quraish saat itu.
Ketika itu kaum muslimin meski berjumlah lebih sedikit, namun dapat menempuh kemenangan dari orang kafir yang jumlahnya saat itu 1000 tentara berbanding dengan 300 tentara muslim.
Momentum ini sekaligus dijadikan dua makna, setelah melakukan puasa selama sebulan dan menyambut kemenangan dengan lafadz takbir idul Fitri yang kita bacakan saat 1 Syawal.***