Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik Ungkap Ferdy Sambo Memiliki Masalah Kejiwaan

16 September 2022, 11:29 WIB
Ketua Komnas HAM. /Tangkapan layar YouTube Seputar Indonesia

PRIANGANTIMURNEWS - Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan bahwa pihaknya menduga bahwa Ferdy Sambo mempunyai masalah kejiwaan hingga melakukan pembunuhan kepada Brigadir J.

Masalah kejiwaan yang dimaksud adalah adanya sifat super power yang dimiliki Ferdy Sambo sebagai Kadiv Propam Polri dan juga ketua satgasus merah putih.

"Bisa jadi psikopat tapi ini bisa karena super power itu dia bisa ngeyakinin dirinya siapa yang bisa bongkar gencatan saya, saya bisa suruh-suruh ini semua", kata Taufan di gedung Komnas HAM, Jakarta Pusat Selasa 13 September 2022.

Baca Juga: Inilah Profil dan Biodata Lengkap Audrey Vanessa, Miss Indonesia 2022, Asal dari Sulawesi Utara

Adanya sifat super power dari Ferdy Sambo ini membuatnya Jumawa hingga bisa melakukan sesuatu yang melanggar hukum.

"Masalah kejiwaannya ini membuat Ferdy Sambo ingin membunuh langsung sang korban, bisa jadi ada kebencian kalau tidak dihabisi langsung karena dia merasa super power", ujarnya.

Dugaan Taupan ini merujuk kedudukan Ferdy Sambo yang semestinya dengan mudah bisa membunuh orang dengan jabatan yang dimilikinya.

Baca Juga: Persib Mengganas! 3 Muka Baru Masuk Line Up, Inilah Prediksi Formasi Persib vs Barito Putera Sore Nanti

Ferdi tentu bisa mengutus anak buahnya membunuh Yoshua tanpa mengotori tangan.

Ya namun pada kejadian ini Sambo justru diduga ingin membunuh Yoshua secara langsung.

Sambo ini semestinya bisa dengan mudah menculik Yosua, lalu dibawa ke Depok terus dibunuh ditabrakin truk itu kan bisa ngapain dia sampai susah-susah bunuh Yosua sendiri apalagi di rumah dinasnya sendiri lagi, ini yang aneh, menurut saya.

Dugaan Taufan semakin kuat ditambah dengan kesaksiannya yang melihat Ferdy Sambo cukup tenang menghadapi pembunuhan ini.

"Maka kita bilang dengan kekuasaannya dia itu dia bisa membunuh orang dengan semena-mena karena dia yakin tidak ada orang yang bisa bongkar itu nggak ada yang berani bongkar itu tenang loh dia, tanggal 8 kejadian, 11 sore baru diumumkan, diatur semua sama dia", ujarnya.

Baca Juga: Hasil Liga Europa: AS Roma Bantai Halsinki, Ronaldo Cetak Gol Pertama, Greenwood Masuk Skuad Manchester United

Dengan munculnya penyakit kejiwaan ini juga berdasar pada Ferdy Sambo yang terlihat bisa menjadi garang, namun suatu waktu bisa menangis.

"Waktu ngobrol sama saya itu, dia nangis-nangis gitu tapi coba kamu lihat pada saat rekonstruksi kejadian itu dia terlihat bengis", kata Taufan.

"Secara Sikologi, menurut Taufan Ferdy itu merasa kalau melakukan pelanggaran hukum itu, dia bakal nggak bisa kena karena dia super power bahkan super power dari Kapolri, logikanya untuk membunuh kan pasti punya cara untuk menghilangkan jejak dia kan harusnya bisa nyuruh orang untuk membunuh Yoshua, ya tapi ini enggak, ini orang ingin melihat langsung pembunuhan itu, ini terbuktikan sudah berhari-hari susah sekali untuk menjerat dia", ujarnya.

Taufan menduga bahwa Ferdy Sambo berani melakukan pembunuhan terhadap Yosua adalah dikarenakan adanya sifat A boost Of Power.

Baca Juga: Profil dan Biodata Audrey Vanessa, Resmi Jadi Miss Indonesia 2022, Mulai Umur, Asal, Pendidikan

Taufan menilai Ferdy Sambo sudah satu tingkatan dari a boost of power Karena dia sudah bisa memerintahkan orang-orang yang bukan anak buahnya.

"Ya jadi semua ini lebiha boost off power Karena dia sudah bisa memerintahkan yang bukan anak buahnya", kata Taufan.

A Boost Of Power ini dalam konteks politiknya kamn semisal saya Menteri Keuangan, saya menggunakan kapasitas Menteri Keuangan saya untuk kepentingan saya dengan jabatan saya, saya bisa melakukan hal yang seenak saya, kata Taufan.

"Tapi kalau Ferdy Sambo, saya Menteri Keuangan, tapi Menteri Keuangan yang bisa menggunakan kekuatan di kementerian-kementerian lain maka kalau dari itu sudah lebih dari A Boost Of Power gitu karena di luar jangkauan kekuasaannya, dia dia sudah bisa jangkauan kekuatan itu demi kekuatan dia sambo gitu", ucapnya

Baca Juga: Ferdy Sambo dan Putri Candrawati Terpojok, Para Tersangka Pembunuhan Brigadir J Akui Ini ke Penyidik

Kehebatan sifat ini dijelaskan Taufan juga terlihat saat ia mampu mengutus penasihat ahli Kapolri yakni Fahmi Alamsyah.

Hal ini dinilai kuasa milik Ferdy Sambo sudah tidak main-main semua bilang a bost of power, saya bilang bukan a boost of power saja, tapi lebih dari itu.

Sampai pakai Fahmi Alamsyah siapa Fahmi Alamsyah Staff ahli Kapolri siapa yang berani nyuruh ini, ini lebih dari A boost of power, dia gerakkan semua dari Polda hingga stafnya Kapolri loh, kata dia.

Sifat ini terlihat dengan cepetnya ia mengutus anak buahnya untuk merusak TKP dan menghilangkan barang bukti.

Ia pun menggerakkan kesatuan Polri lintas divisi jajaran Polda, hingga Polres.

Disampaikan oleh Taufan bahwa saat ini ia telah mampu menggerakkan sekitar 90 anggota kepolisian untuk melakukan obstruction of Justice.

Ia mengenakan puluhan polisi tersebut untuk ikut merusak TKP, membuat disinformasi, menghilangkan barang bukti dan lain-lain.

Setelah kejadian pembunuhan itu, dia hubungi semua anak buahnya suruh beresin ini, hapus ini, dan semua orang digerakkan.

Dia sebagai Kadiv Propam dia merasa super power hingga bisa mengendalikan semuanya itu.

"Itu terbuktikan ada 90 orang, 90 orang itu siapa, anak buah Propam, enggak, banyak juga yang di luar Propamm, dia bisa dikendalikan", itu kata Taufan.

Banyaknya anggota polisi yang terjerat kasus ini, disampaikan Taufan membuat penyidik menjadi susah untuk menangani ini.

Terlebih jika penyidik merupakan anggota Polri sendiri.

Ferdy Sambo justru menyerah setelah Kepala Badan Intelijen dan keamanan Polri Komisaris Ahmad Dofiri turun.

90 orang itu jelas, sehingga membuat tidak mudah buat penyidik untuk timsus menangkap dia.

"Kan itu kan, yang banyak berperan justru Ahmad Dofiri yang meyakinkan Sambo.

"Sudah lah Mbo menyerahkan dirilah", ucap Taufan.

Taufan menceritakan Ferdy Sambo menyerahkan diri setelah Richard mengubah BAPnya.

Sambo kemudian dijemput oleh Kepala Divisi Polri Irjen Selamat Uliandi untuk ke Mako Brimob Polri, untuk menyerahkan diri.

Tadinya dia nggak mau karena sulit banget h
penyidik menangkap dia itu.

"Dampak dari kekuatan besar kasus itu seperti memberikan dukungan kepada Sambo, sehingga penyidik itu jadi berat sekali untuk mengambil dia", Kata Taufan.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: YouTube Seputar Indonesia

Tags

Terkini

Terpopuler