Warga Myanmar Meninggalkan Pinggiran Kota Yangon karena Takut akan Tindakan Keras Militer Myanmar

- 17 Maret 2021, 13:37 WIB
Seorang siswa di Myanmar meninggal karena kekerasan Junta Militer.
Seorang siswa di Myanmar meninggal karena kekerasan Junta Militer. /Twitter/@Reuters/

"Para jenderal ini telah melakukan tindakan pengkhianatan setiap hari. Mengambil apa yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri, menyangkal hak-hak rakyat dan menindas mereka yang menghalangi mereka," katanya dalam sebuah pernyataan.

Lebih dari 180 pengunjuk rasa telah tewas ketika pasukan keamanan mencoba menghancurkan gelombang demonstrasi, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Banyak penduduk Hlaing Tharyar, pinggiran kota miskin yang menjadi rumah bagi para migran dan pekerja, melarikan diri pada hari Selasa dengan membawa barang-barang mereka dengan sepeda motor dan tuk-tuk setelah tentara menempatkannya dan lima kota kecil lainnya di Yangon di bawah darurat militer, Frontier Myanmar melaporkan.

Dua dokter mengatakan bahwa masih ada orang yang terluka yang membutuhkan perawatan medis di daerah tersebut, tetapi tentara telah menutup pintu masuknya.

UE akan memberikan sanksi kepada kepentingan bisnis militer Myanmar minggu depan, kata Prancis.

Baca Juga: Hari Perawat Nasional, Jokowi Apresiasi Kerja Perawat Sebagai Garda Terdepan Perangi Covid-19

Matthew Smith, kepala kelompok Fortify Rights, mengatakan di Twitter: "Kami diberitahu kemungkinan puluhan lainnya tewas di #HlaingTharYar hari ini. Kendaraan darurat tidak dapat mengakses daerah itu karena penghalang jalan."

Penghentian total internet seluler menyulitkan verifikasi informasi dan sebagian besar orang di Myanmar tidak memiliki akses ke WiFi.

Sebelumnya, China Global Television Network, saluran internasional berbahasa Inggris dan berbahasa Mandarin, telah memperingatkan serangan lebih lanjut terhadap bisnis milik China setelah lebih dari 30 pabrik di Hlaing Tharyaran dibakar pada hari Minggu.

"China tidak akan membiarkan kepentingannya diekspos pada agresi lebih lanjut. Jika pihak berwenang tidak dapat menyampaikan dan kekacauan terus menyebar, China mungkin akan dipaksa untuk mengambil tindakan yang lebih drastis untuk melindungi kepentingannya," kata CGTN, yang terkait dengan Partai Komunis China.

Halaman:

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah