Untuk itu perlu dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui pelatihan yang sistematis, sekaligus menyatukan potensi ekonomi yang ada dengan membangun jejaring antar pesantren.
“Dari dulu pesantren selalu hidup dan menghidupi masyarakat Ini bukti bahwa pesantren memang merupakan lembaga yang mandiri. Maka akan lebih optimal ketika pesantren memiliki jejaring ekonomi baik antar pesantren maupun kemitraan dengan pihak luar,” ucapnya.
Baca Juga: Kemenag: Pelaku Pelecehan Seksual Terhadap 15 Anak Bukan Guru Pesantren
Kepala Subdit Pendidikan Pesantren melaporkan, pelatihan tersebut rencananya dilaksanakan dalam tiga angkatan dengan total peserta sebanyak 109 pesantren.
Peserta pelatihan terbagi dalam empat tipe pesantren berdasarkan potensi yang dimiliki dan kegiatan ekonomi yang telah dijalankan.
“Setelah ini, peserta akan dilatih di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis (Pusdiklat Teknis) dengan melibatkan tenaga-tenaga profesional dan berpengalaman. Lebih spesifik pesantren-pesantren diharapkan nantinya akan memiliki berbagai unit yang bergerak di bidang ekonomi, baik formal maupun non formal. Seperti Koperasi, Badan Usaha milik pesantren, Balai Latihan Kerja, dan lain-lain,” ujarnya.***