Ruangan tersebut biasanya diisi oleh delapan orang para tahanan yang berasal dari pribumi maupun Belanda.
Harus berdiri berdesak-desakan di dalamnya.
Yang keempat menyiksa dan membiarkan tahanan mati kelaparan.
Seakan penjara yang dibuatnya tak cukup menyiksa, para penjajah Jepang juga terkenal sering membiarkan tahanannya mati kelaparan.
Para sipir dengan sengaja tidak memberikan makanan kepada tahanan-tahanan selama berhari-hari.
Ketika diberi pun makanan tersebut tidak cukup untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan.
Ini terjadi karena penjajah Jepang menganggap penjara adalah tempat untuk menyiksa bukan hanya menahan.
Maka tak heran jika banyak tahanan yang mati sebelum dieksekusi.
Belum lagi tahanan juga sering mendapatkan siksaan dari Polisi militer Jepang yang sangat sadis.
Mereka tak ragu mengeluarkan berbagai metode untuk menyiksa orang mulai dari mencambuk, menggantung tubuh secara terbalik, memukul dengan pentungan logam, dan lain sebagainya.