Analis Astrofotografi UB Perkirakan Gerhana Matahari Terjadi di Indonesia Akhir Ramadhan

- 23 Maret 2023, 07:35 WIB
Ilustrasi Matahari, diperkirakan terjadi gerhana pada akhir Ramadhan 2023.
Ilustrasi Matahari, diperkirakan terjadi gerhana pada akhir Ramadhan 2023. /Antaranews/



PRIANGANTIMURNEWS - Analis Astrofotografi Universitas Brawijaya (UB) perkirakan gerhana matahari akan terjadi di Indonesia pada akhir bulan Ramadhan 2023.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh M Fauzan Edipurnomo, bahwa di bulan suci Ramadhan tahun ini akan terjadi fenomena gerhana matahari.

Hal tersebut disebabkan karena adanya konjungsi matahari dan bulan, jelang 1 Syawal 1444 mendatang.

Baca Juga: Niat Ikhlas! Cara Ampuh Puasa Ramadhan tetap Terjaga, Begini caranya

Sementara menurut Eka Maulana, anggota tim analis Astrofotografi UB menyampaikan bahwa gerhana matahari total dapat disaksikan di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur.

Sementara gerhana matahari sebagian, akan dapat diamati di beberapa wilayah Indonesia bagian Tengah dan Barat.

Pernyataan tersebut disampaikan pada hari Rabu, 22 Maret 2023 di Malang, Jawa Timur.

"Fenomena gerhana matahari diperkirakan terjadi pada tanggal 20 April 2023," ujar Eka.

Baca Juga: Nikmatnya Makan Sahur dengan Nasi Liwet, Ini Resep dan Cara Masaknya

Disamping itu menurut informasi yang didapat saat pantauan lapangan, Eka menyampaikan khususnya di Kota Malang.

Gerhana matahari parsial akan terjadi pada pukul 09.28 WIB sampai 12.22 WIB.

"Puncak gerhana matahari terjadi pukul 10.52 dengan tingkat magnitute gerhana 67 persen. Total waktu gerhana dua jam 55 menit," kata Eka.

intensitas radiasi inframerah matahari selama gerhana matahari terjadi akan mengalami penurunan, ke lapisan ionosfer bumi.

Baca Juga: Pemilu 2024 Waspadai Oligarki Menjadi Penguasa, Ini Kata Ketua Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya

Menyebabkan sejumlah foton atau gelombang elektromagnetik di atas bumi juga akan alami penurunan.

Perlu diketahui, gelombang elektromagnetik tersebut adalah media dari transmisi pengiriman sinyal.

Baik itu sinyal radio, Handphone, satelit, dan sinyal perangkat komunikasi lainnya. Itu berarti, secara tak langsung akan berdampak pada media komunikasi.

"Jika perangkat komunikasi ini tidak diset dengan ambang batas toleransi perubahan intensitas radiasi ini," ungkap Eka.

Baca Juga: Inilah Serba-Serbi Dibalik Santap Sahur yang Wajib Diketahui

"Ada peluang akan terpengaruh dalam pengiriman datanya," lanjutnya

"Perubahan radiasi ini besar kemungkinan juga dapat dirasakan oleh makhluk hidup lain yang peka terhadap perubahan intensitas gelombang elektromagnetik," sambungnya.

"Seperti hewan melata, burung, maupun jenis tanaman tertentu," tambahnya.

Dalam keterangan lanjutannya, Eka menyampaikan masyarakat untuk selalu waspada karena hal tersebut dapat menyebabkan perubahan fenomena alam.

Baca Juga: Doa-doa Menyambut Ramadhan, Arab berikut Latin dan artinya, Kerjakan dan Amalkan!

"Fenomena ini adalah tanda-tanda alam dari sang Pencipta yang mestinya kita ambil pelajaran serta hikmahnya," paparnya.

"Disarankan melihat gerhana matahari dengan filter matahari, sehingga tidak secara langsung radiasi sinar ini mengenai mata kita," tambahnya.

Eka juga sedikit menyinggung terkait lebaran atau Idul Fitri di Indonesia kemungkinan akan mengalami perbedaan.

Indonesia sendiri ada yang berpegangan pada metode hisab, dan metode rukyatul hilal (NU).

Baca Juga: Wow! Pemain Persib Yang Awalnya Diremehkan Ini Kini Jadi Dambaan Luis Milla

Metode hisab (MD) telah memutuskan 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh di hari Jumat, 21 April 2023 dimana ketinggian hilal hari sebelumnya capai 1 derajat 47 menit 58 detik busur.

"Sangat besar kemungkinan bulan baru tidak bisa dilihat pada hari tersebut dengan alat bantu sekalipun," ungkap Eka

"Terlebih jika kondisi langit berawan. Sehingga, 1 Syawal berpotensi jatuh pada hari Sabtu, 22 April 2022 untuk metode rukyatul hilal," akhirinya.***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: Antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x