"Rasa sedih pasti ada. Karena saya mengawali bulan Ramadhan tidak bersama keluarga. Tapi kebersamaan di sini bisa mengobati kerinduan saya kepada orang tua. Semoga kedua orang tua saya di Bandung senantiasa diberi kesehatan dan dipanjangkan umurnya. Terimakasih telah menjadi orang tua terbaik buat saya," tambah Yazid.
Yazid juga merasa bersyukur bisa menuntut ilmu di PPAT Hamalatul Qur'an pimpinan UCR ini.
"Alhamdulillah saya bisa menuntut ilmu disini. Saya disini dididik menjadi pribadi yang hafidz, sholeh, kreatif dan amil muttaqi," ucap Yazid.
Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan Jatuh Pada 11 Maret dan Idul Fitri 10 April 2024
Senada dengan Yazid, santri lainnya yakni Muhammad Ashoduliqul Amin bin Indafikri juga merasa sedih karena mengawali bulan Ramadhan tidak bersama keluarganya yang jauh di Palembang.
"Mengawali Ramadhan tahun ini ada perasaan sedih karena jauh dari keluarga. Tapi semua kesedihan bisa tergantikan dengan acara munggahan ini karena bisa kumpul sama rekan-rekan satri yang lain," ujar Amin.
Sementara itu santriwati Munadya Safira Hanifa binti Nina Mulyana juga merasa sedih karena munggahan tahun ini tidak bareng keluarganya.
"Dengan acara ini alhamdulillah santri disini semuanya senang karena bisa munggahan bareng bersama ustadz dan ustadzahnya. Saya juga sedih munggahan ini tidak bareng keluarga. Tapi kesedihan itu hilang karena tergantikan dengan kebersamaan disini," ujar Munadya yang merupakan santriwati asal Leuwi Anyar Kota Tasikmalaya yang telah hafidz 15 Juz ini.
Baca Juga: Pimpinan KKB Diringkus Polri, Ramadhan: Terlibat Kasus Penembakan di Papua Pegunungan
Kegiatan munggahan yang telah digelar di PPAT Hamalatul Qur'an dengan suasana kebersamaan ini diakhiri dengan makan nasi liwet yang diikuti seluruh santri dan dewan guru.