Apalagi jumlah kuota pupuk subsidi yang tersedia dalam Kartu Tani itu sama sekali belum sesuai dengan kebutuhan, bahkan jumlah yang tertera di data Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) itu masih banyak yang tidak sesuai.
Ditambah dalam masa pandemi Covid 19, banyak para petani yang kekurangan. Sehingga berimbas terhadap produktivitas petani dalam mengolah pertanianya.
Baca Juga: Dosen Unsil Turun Gunung Dorong Geliat Ekonomi Warga
Untuk memenuhi kebutuhan pupuk padi saja sangatlah kurang, apalagi jika mau memupuk kebun yang lain.
Pada musim tanam padi kali ini, para petani dilanda kebingungan untuk memperoleh pupuk. Pupuk yang tersedia sangatlah kurang.
"Jangankan untuk memupuk kebun, tanaman pakan ternak, untuk memupuk padi saja masih kurang. Terlebih, kami masih harus melakukan transisi dari sistem lama kepada sistem Kartu Tani ini untuk memperoleh pupuk subsidi ini," ujarnya.
Baca Juga: Siswa SMAN 1 Tasikmalaya Juara 1 Lomba Baca Puisi Bahasa Rusia
Selain dari ketersediaan pupuk subsidi yang sangat minim, lanjut Ujang Dayat, ia juga mengeluhkan permasalahan lain. "Kebetulan saya juga menjadi pengelola pupuk subsidi, saya merasa kebingungan untuk membagi pupuk dengan stok yang minim ini, Sedangkan kebutuhan petani tinggi," ujarnya.
Ia khawatir dengan adanya ketidak seimbangan ini, akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan di masyarakat. Terutama kecemburuan sosial antar masyarakat.
Untuk meminimalisir permasalahan ketersediaan pupuk di masa tanam ini, maka kelompok Pemuda Tani Sawargi berinisiasi untuk membuat pupuk organik yang kandungannya sama dengan pupuk Urea, MPK, serta Phonska.