Memisahkan Politik dari Sepakbola Hanya Sebuah Omong Kosong! FIFA dan UEFA Munafik!

- 22 Maret 2022, 17:58 WIB
Ilustrasi Kedua Presiden UEFA dan FIFA.
Ilustrasi Kedua Presiden UEFA dan FIFA. / Screenshot Youtube Starting Eleven Story/

PRIANGANTIMURNEWS- Sepakbola tak hanya sekedar olahraga terpopuler di dunia melainkan juga telah bertransformasi menjadi sebuah industri yang sangat menggiurkan memiliki penggemar yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Sepakbola juga menjadi Primadona bagi banyak kepentingan salah satunya adalah politik-politik bersama dengan bisnis dan kekuatan uangnya yang luar biasa adalah penyebab sepakbola bisa menjadi seperti sekarang ini.

Sebagaimana dilansir priangantimurnews.pikiranrakyat.com dari Youtube Starting Eleven Story, Meski identik dengan hal yang kotor tetapi politik memang tidak akan pernah bisa dipisahkan dari sepakbola sebagai olahraga nomor satu di dunia sepakbola kerap dipakai dan dimanfaatkan oleh banyak pihak sebagai corong media untuk berbagai kepentingan.

Baca Juga: Ghyna Ridha, Penyanyi Cantik yang Sukses Bikin Marquez Joget Dangdut

Bahkan tidak sedikit pula tim dan para suporternya yang melibatkan diri kedalam suatu pandangan politik tertentu, pemandangan tersebut bukanlah hal yang baru dan sejarah sendiri sudah membuktikannya di masa lalu ada campur tangan Benito Mussolini di sepakbola Italia.

Di bawah rezim fasis yang ia Pimpin Italia berhasil menjuarai Piala Dunia 2 kali bruntun pada edisi 1934 dan 1938, Gli Azzurri juga menjadi Kampiun Olimpiade 1936.

Namun kesuksesan itu juga dibarengi dengan kontroversi Italia menjadi tuan rumah Piala Dunia 1934 setelah sebelumnya Mussolini berhasil melobi para petinggi FIFA.

Ada kabar pula yang menyebut bahwa Mussolini telah menyuap terlebih dahulu wasit yang memimpin laga final, selain itu Mussolini juga dikabarkan mengirim khusus pasukan bersenjata ke ruang ganti pemain.

Untuk menyampaikan pesan yang berbunyi juara atau mati, politik Mussolini memang berhasil mengubah wajah timnas Italia sekaligus menyebar doktrin fasisme.

Namun meski begitu Ia tetap dibenci rakyat Italia yang jijik melihat para penggawa Gli Azzurri yang dipaksa melakukan salam fasis sebelum berlaga.

Terlepas dari itu Benito Mussolini adalah tokoh dibalik terbentuknya Serie A pada musim 1929-1930,

Selain dipakai untuk berpolitik sepakbola juga jadi corong dari berbagai bentuk perjuangan dan perlawanan politik salah satu yang masih langgeng melakukan hal tersebut adalah para pendukung Livorno dan Rayo Vallecano yang diketahui berpaham politik sayap kiri.

Baca Juga: Chad vs Gambia: Prediksi, Head to Head, Berita Tim, Starting XI, Preview Kualifikasi AFCON 2023

Sepakbola jadi sarana mereka untuk memperlihatkan politiknya sekaligus menentang segala bentuk komersialisasi sepakbola yang sangat kapitalis,

Sementara itu Barcelona seperti sudah menjadi representasi dari semangat perlawanan bangsa catalan terhadap Spanyol tak sedikit dari pemain Barca yang juga mendukung kemerdekaan catalan.

Tak jarang pula kita melihat para pendukung Barca membentangkan spanduk atau bendera bertuliskan catalonia is not Spain, afiliasi politik di dalam sepakbola Memang tidak Bisa dihindarkan.

Lalu bagaimana FIFA menyikapi hal tersebut sebagai organisasi tertinggi di sepakbola FIFA punya kampanye yang bertajuk kick politik out of football pasal 4 ayat 5 law of the games 2021-2022 yang mengatur soal pelarangan berbagai atribut politik pandangan politik atau agama di dalam sepakbola.

Aturan tersebut diimplementasikan dengan baik saat bersentuhan dengan konflik israel-palestina klub-klub sepakbola Eropa banyak yang memilih menghindar dan bungkam terhadap apa yang terjadi dengan Palestina.

Baca Juga: Laporan Sandy Purnamasari pada Putra Siregar Dihentikan, Bareskrim : Tidak Cukup Bukti

Pasalnya FIFA dengan tegas melarang dan menghukum siapa saja yang bersuara atau memperlihatkan dukungannya kepada Palestina baik ia media sosial maupun atribut yang dipakai di lapangan.

Sudah ada beberapa klub yang terkena sanksi salah satunya adalah Glasgow Celtic tak hanya sekali Celtic pernah dua kali dijatuhi denda oleh UEFA setelah pendukung mereka kedapatan mengibarkan bendera Palestina saat berlaga di kompetisi Eropa.

Sementara dari kalangan pemain ada aksi dari mantan striker Frederic Kanoute yang masih melegenda hingga hari ini pada 7-1-2019 Kanoute melakukan selebrasi mengangkat kaos bertuliskan Palestina usai mencetak satu gol ke gawang Deportivo La Coruna di ajang Copa Del Rey.

Atas aksinya itu ia diganjar kartu kuning dan kemudian dijatuhi denda sebesar 4000 US Dollar karena dianggap melanggar aturan FIFA perlakuan yang sama juga Diterima pemain Mesir Mohamed Aboutrika ia dikecam FIFA setelah berselebrasi dengan menampilkan kaos bertuliskan sympathize with a Gaza.

Konfederasi sepakbola Afrika kemudian mengingatkan Aboutrika agar tidak mencampuradukkan politik dengan olahraga.

Dalam rilis yang dilakukan FIFA pada 27-10-2017 silam mereka dengan tegas menyatakan bahwa konflik israel-palestina tidak berkaitan dengan sepak bola dewan FIFA juga menyatakan bahwa mereka harus tetap netral dalam menyikapi masalah politik.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Panik: Portugal Takkan Diperkuat Bek Tengah Utama untuk Kuakifikasi Piala Dunia FIFA 2022

Akan tetapi kebijakan kick politik out of football menjadi hipokrit alias munafik kalau melihat sikap FIFA dan UEFA terhadap apa yang terjadi dengan Ukraina standar ganda FIFA dan UEFA sangat kentara kalau mereka sangat ikut campur ke dalam konflik Rusia Ukraina.

Sejak Rusia melakukan operasi militer ke Ukraina pada 24 Februari lalu sepakbola Rusia dan para pemain Rusia ikut jadi korban dimulai dengan FIFA yang menendang Rusia dari kualifikasi piala dunia 2022 lalu diikuti juga menendang tim nasional dan klub Rusia dari berbagai kompetisi internasional maupun regional.

Ada motif politik dibalik keputusan FIFA dan UEFA untuk memboikot Rusia dari pentas sepakbola dunia rumornya sanksi itu diberikan setelah muncul banyak desakan dari para pemimpin barat.

Tak bisa dipungkiri bahwa olahraga termasuk sepakbola adalah salah satu alat politik Vladimir Putin di Kancah internasional dan dengan sanksi tersebut Rusia dan Putin menjadi terisolasi.

Belakangan ini asosiasi sepakbola Ukraina memperlihatkan boroknya mereka menghukum legendanya sendiri dengan sanksi yang sangat tidak logis hanya karena Anatoliy Tymoshchuk tak bersuara menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.

Dia menerima beberapa sanksi yang membunuh karirnya pemegang caps terbanyak Timnas Ukraina itu dijatuhi sanksi berupa pencabutan lisensi kepelatihan Seluruh catatan prestasi Tymoshchuk bagi klub dan tim nasional Ukraina juga dihapus.

Anatoliy Tymoshchuk sendiri merupakan asisten pelatih Zenit Saint Petersburg sejak 2017 silam sudah lama berkarir di klub Rusia Ia juga membawa serta keluarganya menetap disana.

Jika melihat respon Tymoshchuk bukankah ia sudah melaksanakan mandat FIFA untuk tidak mencampuradukkan sepakbola dengan politik kini yang terjadi justru sebaliknya keberpihakan dan kepentingan politik jaket sepakbola Eropa sangat kentara belakangan ini.

Makin banyak pula klub Eropa yang memilih memutus kontrak kerjasamanya dengan berbagai perusahaan milik Rusia Selain itu dukungan kepada Ukraina juga mengalir deras lewat berbagai bentuk dan pesan damai yang disampaikan di atas lapangan hijau.

Menanggapi hal tersebut FIFA dan UEFA terkesan membiarkan dan malah memberi apresiasi padahal dulu mereka begitu tegas membenci dan melarang segala bentuk dukungan kepada Palestina.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Panik: Portugal Takkan Diperkuat Bek Tengah Utama untuk Kuakifikasi Piala Dunia FIFA 2022

Sungguh munafik bukan perlu diketahui bahwa FIFA dan UEFA tak pernah menghukum sepakbola Israel atas apa yang negara mereka lakukan kepada Palestina.

Padahal Israel sudah meneror membunuh dan mencaplok wilayah Palestina sejak 1948,

Namun beda cerita dengan Rusia FIFA dan UEFA langsung bergerak memberi sanksi bahkan memboikot sepakbola Rusia,

Sikap FIFA,UEFA dan masyarakat sepakbola Eropa tentang konflik Ukraina Rusia dan palestina-israel menjadi bukti bahwa jargon kick politik out of football adalah sebuah gimik politik belaka.

Malahan keputusan FIFA untuk menghukum Rusia dan membiarkan Israel jelas sangat bermuatan politik singkat sendiri sebagai organisasi tertinggi sepakbola dunia tak bisa dilepaskan dari politik.

Banyak kepentingan di sana ingat pula bahwa FIFA adalah salah satu lembaga terkorup di dunia buktinya pada 2015 lalu sembilan orang pejabat FIFA didakwa dalam kasus penyuapan pemerasan penipuan transfer hingga pencucian uang.

Skandal FIFA tahun 2015 itu terus berkembang hingga memunculkan dugaan suap terkait sponsor proses seleksi tuan rumah Piala Dunia 2010 pemilihan presiden FIFA tahun 2011.

Korupsi hak siar Piala Dunia 2014 hingga pemilihan Rusia dan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022,
Berbagai kasus itu pula yang membuat mantan presiden FIFA Sepp Blatter dan mantan presiden UEFA Michel Platini mendekam di hotel prodeo,

Apa yang FIFA dan antek-anteknya Perlihatkan belakangan ini juga semakin menunjukkan fakta bahwa sepakbola sesungguhnya tak bisa dilepaskan dari politik.

Bahkan bisa dibilang FIFA Punya agenda politiknya sendiri Ini juga tak lepas dari fakta bahwa banyak petinggi FIFA dan federasi sepakbola di seluruh dunia yang dipimpin oleh politisi.

Tidak usah jauh-jauh federasi Olahraga Nasional kita saja rata dan dipimpin oleh seorang politisi atau minimal seorang dengan pangkat Jenderal bukan jadi memisahkan politik dari sepakbola sungguh omong kosong besar.

Sebab bagi sebagian pihak sepakbola tak hanya sekedar olahraga hiburan atau industri semata melainkan juga lahan untuk berpolitik.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: YouTube Starting Eleven Story


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah