Namun, dalam beberapa hari terakhir, Bennett tampaknya mengusulkan kelanjutan status quo dengan beberapa pelonggaran kondisi bagi warga Palestina.
“Pemikiran saya dalam konteks ini adalah untuk mengecilkan konflik. Kami tidak akan menyelesaikannya. Tetapi, di mana pun, kami dapat memperbaiki kondisi di lebih banyak titik persimpangan, lebih banyak kualitas hidup, lebih banyak bisnis, lebih banyak industri. Kami akan melakukannya,” ungkap Bennet.
Baca Juga: Nasib 75 Pegawai KPK, Politikus PDIP sebut Novel Baswedan Playing Victim
Di sisi lai, Hamas, sebagai kelompok yang menguasai Jalur Gaza yang terkepung mengatakan bahwa tidak ada bedanya siapa yang memerintah Israel di masa depan.
“Palestina telah melihat lusinan pemerintah Israel sepanjang sejarah, kanan, kiri, tengah, begitu mereka menyebutnya. Namun, mereka semua bermusuhan ketika menyangkut hak-hak rakyat Palestina kami dan mereka semua memiliki kebijakan ekspansionisme yang bermusuhan," kata juru bicara Hamas, Hazem Qassem.
Sami Abou Shehadeh, pemimpin Partai Balad nasionalis Palestina, mengatakan dari Yerusalem Timur yang diduduki bahwa masalahnya bukanlah “kepribadian” Netanyahu tetapi kebijakan yang dikejar Israel.
Baca Juga: Lowongan Kerja di PT BPR Nusamba Singaparna, Dibutuhkan Segera
Sami Abou Shahidah, sebagai pemimpin partai mengatakan:
“Yang kita butuhkan adalah perubahan serius dalam kebijakan Israel, bukan dalam kepribadian. Situasinya sangat buruk sebelum Netanyahu, dan selama Israel bersikeras pada kebijakannya sendiri, itu akan terus menjadi buruk setelah Netanyahu. Inilah sebabnya kami menentang pemerintah ini (koalisi ini)."
Mantan anggota komite eksekutif PLO Hanan Ashrawi mengatakan bahwa tahun-tahun Netanyahu masih memiliki "sistem rasisme, ekstremisme, kekerasan, dan pelanggaran hukum bawaan".