PRIANGANTIMURNEWS- Banyak orang Palestina yang merasa skeptis bahwa perubahan dari pemerintahan Israel karena menggantikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak akan memperbaiki kehidupan mereka.
Banyak warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki telah menolak perubahan dalam pemerintahan Israel, dengan mengatakan bahwa pemimpin nasionalis yang akan menggantikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kemungkinan besar akan mengejar agenda sayap kanan yang sama.
Naftali Bennett, 49 tahun, mantan kepala organisasi pemukim utama di Tepi Barat Israel dan mantan sekutu Netanyahu, akan menjadi pemimpin baru negara itu di bawah koalisi yang bersifat tambal sulam.
Baca Juga: Siap-Siap Cair, Ini Cara Cek Penerima Bantuan Pangan Non Tunia (BPNT) Bulan Juni 2021
Pemimpin oposisi, Yair Lapid dari Yesh Atid dan Bennett menyatakan pada Rabu, 2 Mei 2021, bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk membentuk pemerintahan baru untuk menggulingkan Netanyahu yang sedang menjabat setelah 12 tahun menjalankan tugasnya sebagai perdana menteri.
Bassem al-Salhi, perwakilan dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan bahwa penunjukan perdana menteri itu tidak kalah ekstrem dari Netanyahu.
“Dia akan memastikan untuk mengungkapkan betapa ekstremnya dia di pemerintahan,” katanya.
Baca Juga: Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Berkunjung Ke Bandung, Ridwan Kamil Berboncengan dengan AHY
Bennett telah menjadi pendukung kuat untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat yang direbut dan diduduki Israel dalam perang 1967.