Memperingati 1 Juni: Ende NTT Menjadi Saksi Bung Karno Tempat Lahirnya Pancasila

31 Mei 2022, 18:55 WIB
1 Juni Hari Lahir Pancasila. Rumah Tempat Pengasingan Presiden Soekarno Ende, Nusa Tenggara Timur. /cagarbudaya.kemdikbud.go.id

PRIANGANTIMURNEWS- Presiden RI pertama Sukarno diasingkan di Kota Ende Nusa Tenggara Timur pada tahun 1934-1938 silam.

Dilansir dari halaman resmi Kemdikbud seperti dikutip dari Priangantimurnews, Bung Karno diasingkan di Ende, Pulau Flores mulai 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938.

Disebutkan dalam laman Cagar Budaya Kemendikbud, pengasingan ini bermula dari pertemuan politik di kediaman Muhammad Husni Thamrin pada 1 Agustus 1933 di Jakarta.

Baca Juga: Simak Baik-Baik Inilah Cara Kerja Jimat Pelarisan

Soekarno ditangkap seorang komisaris polisi saat dia keluar dari kediaman Husni Thamrin. Bung Karno pun diasingkan selama delapan bulan tanpa adanya proses pengadilan.

Keputusan pengasingan Bung Karno oleh Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, akhirnya dikeluarkan pada 28 Desember 1933. Saat itu, Soekarno diputuskan diasingkan ke Ende saat berusia 32 tahun.

Sejarah kelahiran Pancasila, Republik Indonesia, Jalan Perwira, Kelurahan Kotaraja, Ende Utara, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur Menjadi saksi tempat persinggahan Ir. Soekarno.

Dalam sebuah unggahan vidio dijelaskan " Di antaranya kamar tidur lengkap dengan perabotan rumah yang masih asli, lukisan Pura Bali, kaki meja diukir, biola, dan lainnya," Ungkap Perekam Vidio.

Baca Juga: Apakah Khasiat Pelet Bisa Permanen? Begimi Ulasannya

"Bung Karno tinggal di sini empat tahun, dari 1934 sampai 1938. Beliau di sini bersama keluarganya, ibu Inggit dan mertuanya," tambahnya.

Dijelaskan juga, terdapat tujuh naskah drama, foto Bung Karno bersama keluarga, tongkat Bung Karno, kayu kliping, dan cerita anak angkat Bung Karno

Selama pengasingannya, Soekarno tinggal bersama istrinya, Inggit Garnasih, mertuanya Ibu Amsi, dan kedua anak angkatnya Ratna Juami serta Kartika. Rumah pengasingan yang ditempati mereka adalah rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru.

Disebutkan dalam Cagar Budaya Kemendikbud, masa pengasingannya ini, Bung Karno kerap memikirkan rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Baca Juga: Kunjungan Wisata ke Pangandaran Hampir 3 Juta Orang, Pemda Gencar Lakukan Testing

Dia memperoleh gagasan atau inspirasi saat merenung di bawah pohon sukun.

Soekarno mendapat ide dari lima cabang pohon itu. "Di kota ini kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila," ujar Bung Karno saat itu.

Pohon sukun itu menghadap ke arah laut Pantai Ende dan jaraknya dari rumah pengasingan hanya sekitar 700 meter.

Namun, pohon aslinya sebenarnya sudah punah pada tahun 1970-an.

kemudian akhirnya diganti dengan pohon sukun serupa dan dijuluki sebagai Pohon Pancasila sejak 1980-an.

Baca Juga: Ingin Rambut Tebal, Ikuti Langkah-Langkah Ini

Sekitar empat tahun sembilan bulan empat hari setelah Bung Karno diasingkan di Ende, tepatnya 18 Oktober 1938, dia dipindahkan ke Bengkulu.

Presiden RI pertama itu kembali mengunjungi Ende pada tahun 1951, Menemui Haji Abdullah Ambuwaru untuk mengatakan niatnya agar rumah pengasingannya itu dijadikan museum.

Tepatnya pada 16 Mei 1954, Bung Karno meresmikan rumah tersebut sebagai Rumah Museum.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler