Potensi Musim Kemarau Lebih Kering Tahun Ini, BMKG: Intensitas Hujan akan Menurun

- 28 Januari 2023, 12:32 WIB
Potret Anggota Manggala Agni Pondok Kerja Sepaku memadamkan karhutla di Penajam, Kaltim
Potret Anggota Manggala Agni Pondok Kerja Sepaku memadamkan karhutla di Penajam, Kaltim /ANTARA/



PRIANGANTIMURNEWS - Indonesia diprediksi akan mengalami musim kemarau yang lebih kering daripada tahun sebelumnya, bersamaan ditandainya dengan adanya laporan kebakaran hutan dibeberapa titik di Indonesia.

Kurang lebih sekitar 14 kali kebakaran terjadi di Indonesia, sedang mengalami musim hujan. Terlepas dari dugaan adanya unsur perusahaan atau tidak, fenomena El Nino di Indonesia memang mulai muncul

Menyebabkan udara panas dibeberapa titik walau rata-rata wilayah Indonesia sedang terjadi hujan.

Baca Juga: Keren! Tiga Atlet Bulutangkis Indonesia Bertahan Hingga Babak Semifinal Daihatsu Indonesia Masters 2023

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan prediksi musim kemarau tahun ini akan lebih kering apabila dibandingkan periode tiga tahun sebelumnya terhitung mulai 2020, 2021, dan 2022.

Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG dalam konferensi pers di Jakarta, pada Jumat 27 Januari 2023 menyampaikan bahwa intensitas hujan tahun ini akan sangat menurut.

Kalau tiga tahun terakhir saat musim kemarau masih sering terjadi hujan, maka tahun ini intensitas hujan akan jauh menurun, ungkap Dwikorita

Dwikorita juga menjelaskan bahwa kondisi kemarau akan jauh lebih kering apabila dibandingkan tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Sahabat Sejati! Rindu Berat Alm Olga, Raffi Ahmad Ceritakan Hal Ini

Menyebabkan meningkatnya potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), sehingga perlunya ada pencegahan dan mitigasi bencana yang harus dilakukan sejak dini sebagai bentuk antisipasi.
 
Menurutnya, yang perlu menjadi titik perhatian dan perlunya meningkatkan kewaspadaan dari potensi bencana Karhutla adalah wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah juga timur saat ini menunjukkan intensitas fenomena La Nina yang melemah dari indeks per Januari 2023 dasarian pertama sebesar -0,80 serta pada dasarian kedua sebesar -0,65.
 
Kondisi dari fenomena La Nina tersebut akan terus semakin melemah, berganti menjadi El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang akan terjadi pada pada Februari-Maret 2023. Dimana kondisi ENSO akan bertahan hingga pertengahan tahun.

Baca Juga: Parah! Kakek 70 Tahun Tewas Saat Open BO, Overdosis Obat Kuat Hingga Meninggal

Dwikorita melanjutkan bahawa untuk semester kedua tahun 2023 yang akan datang nanti, justru peluang kondisi ENSO Netral akan bertahan hingga akhir tahun dengan peluang 40 sampai dengan 50 persen.

Selain itu juga, ada sebuah peluang relatif sama yakni terkait kondisi ENSO Netral akan berkembang kembali menjadi El Nino lemah. Setelah menginjak periode Juni hingga Agustus 2023.
 
Berdasarkan catatan sejarah masa lalu, El Nino kategori lemah yang terjadi setelah pertengahan tahun umumnya berlangsung dengan durasi yang pendek, lanjut Dwikorita

BMKG telah merilis informasi mengenai fenomena iklim Triple Dip La Nina, yaitu sebuah kejadian La Nina yang berlangsung secara berurutan selama tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Cipung Ternak Dino! Sus Rini Beri Nama Semua Dino

Kondisi yang pada umumnya memberikan dampak relatif tingginya besaran curah hujan pada tiga tahun terakhir. Data tersebut dirilis pada bulan Oktober 2022 lalu.

Prediksi dari BMKG, enam bulan kedepan hujan  turun setiap bulan didominasi dengan kategori normal. Walau, secara volume curah hujan bulanan tahun ini relatif menurun apabila dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya.
 
Curah hujan normal bulanan yang dimaksud dari kategori di atas akan terjadi di wilayah Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian timur dan utara pada Februari dan Maret 2023.

Dilanjutkan dengan wilayah Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Maluku dan Maluku Utara pada Februari 2023 dan Papua bagian tengah dan selatan pada Juni 2023.

Baca Juga: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Menjamin Masalah Kesehatan, Berikut Pengalaman Ibu Safiah Peserta JKN
 
Namun, curah hujan dengan kategori bawah normal akan berpeluang terjadi di sebagian Wilayah Sumatera bagian tengah, sebagian Kalimantan bagian tengah, sebagian Sulawesi bagian tengah dan sebagian kecil Papua pada Februari-Maret 2023.

Juga sebagian besar wilayah Sumatera dan Jawa pada Mei hingga Juni 2023. Dodo Gunawan, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi BMKG menyampaikan bahwa wilayah di di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau pada Maret sampai Mei 2023.
 
Saat masa peralihan tersebut, pemerintah serta masyarakat wajib untuk mewaspadai kemunculan cuaca ekstrem yang memicu fenomena bencana hidrometeorologi berupa hujan lebat, angin puting beliung, petir besar serta badai angin kencang.***

Baca Juga: Pendaftaran LoA Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU-MI) Untuk Program Targeted Beasiswa

Editor: Sri Hastuti

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x