Kemenag Jawa Timur: Pesantren Tempat Santri Dianiaya Ternyata Tidak Memiliki Izin Resmi!

- 28 Februari 2024, 18:00 WIB
Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Mohammad As'adul Anam (kiri)/ANTARA/Asmaul
Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Mohammad As'adul Anam (kiri)/ANTARA/Asmaul /

PRIANGANTIMURNEWS - Kemenag Provinsi Jawa Timur telah mengumumkan bahwa PPTQ (Pondok Pesantren Tartilul Quran) Al Hanifiyyah, yang menjadi tempat tinggal bagi BM (14) yang menjadi korban penganiayaan dari rekannya, ternyata tidak memiliki izin resmi sebagai Pondok Pesantren.

Mohammad As'adul Anam, Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pontren Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, pada Selasa 27 Februari 2024 menjelaskan hasil dari penyelidikan yang telah dilakukan terkait kejadian tragis tersebut.

Pondok Pesantren tersebut, yang terletak di wilayah Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, diketahui telah beroperasi sejak tahun 2014 tanpa izin resmi.

Baca Juga: Innalillahi KH. Baban Ahmad Jihad Wafat, Dimakamkan di Komplek Pemakaman Pesantren Suryalaya Tasikmalaya

Penting untuk dicatat bahwa kejadian tersebut terjadi di Pondok Al Hanifiyyah, tidak di Pondok Al Ishlahiyyah, meskipun korban sebagai siswa di MTs Sunan Kalijogo Pondok Al Islahiyyah.

Keberadaan dari pondok pesantren ini secara formal belum diizinkan untuk beroperasi sebagai lembaga pendidikan.

Pondok pesantren tersebut, hingga saat ini, masih menerima santri putra dan putri. Jumlahnya mencapai 74 orang untuk santri putri dan 19 orang untuk santri putra, semuanya merupakan pelajar.

Baca Juga: Rumah Tahfidz Syafa'atul Qur'an Tamanhati Kota Tasikmalaya Akan Gelar Pesantren Kilat Gratis!!

Lokasinya berdekatan dengan Pesantren Al Islahiyyah, di Mojo, Kabupaten Kediri.

"Pihaknya turut berduka cita atas kejadian kekerasan yang terjadi di lingkungan Pontren Al Hanifiyyah Mayan Mojo.

Dia menyampaikan rasa prihatin terhadap insiden kekerasan yang melibatkan pelajar, terutama di lingkungan pesantren.

Dalam konteks ini, disampaikannya bahwa AF (16), yang merupakan kerabat korban dan berasal dari Denpasar, Bali, merupakan salah satu pelaku dalam kejadian tersebut.

Baca Juga: IAIC Berduka, Pimpinan Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, KH A Bunyamin Ruhiat Meninggal Dunia

Saat ini, keempat pelaku, yaitu MN (18) warga Sidoarjo, MA (18) asal Kabupaten Nganjuk, serta AK (17) dari Surabaya, telah berhasil diamankan oleh Polres (Kepolisian Resor) Kediri Kota.

AKBP Bramastyo Priaji, Kapolres Kediri Kota, menjelaskan bahwa kepolisian telah mengambil tindakan setelah terima laporan dari keluarga korban.

Meskipun laporan awalnya berasal dari Banyuwangi, Kepolisian Resor Kediri Kota terus menginvestigasi kasus ini dengan melakukan olah TKP juga memeriksa sejumlah saksi."

Baca Juga: Pesantren Lembur Cahaya Peduli Korban Gempa Cianjur

BM (14), adik kelas para pelaku, menjadi korban dalam kejadian tersebut merupakan warga dari Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.

Kasus ini, terjadi secara berulang kali, diduga karena adanya salah paham di antara anak-anak tersebut yang menyebabkan serangkaian tindakan penganiayaan.

Fatihunnada, Pengasuh dari Pontren Al Hanifiyyah Mayan Mojo, mengakui bahwa dia tidak mengetahui kejadian tersebut.

Pada Jumat 23 februari 2024, ia mendapat laporan mendadak bahwa salah satu santrinya telah meninggal dunia.

Baca Juga: Isi Surat Terbuka Soimah Siti, Ibu Dari AM, Santri yang meninggal Untuk Pondok Pesantren Gontor 1 Ponorogo

Menurut keterangan Gus Fatih, saat itu dia dihubungi dan diberi tahu bahwa santri tersebut jatuh karena terpeleset di kamar mandi.

Ketika itu, tanpa adanya dugaan, Gus Fatih tidak sempat melihatnya karena sibuk mengurus ambulans dan persiapan untuk pergi ke Banyuwangi.

Setelah mendapat informasi, Gus Fatih mencari nomor telepon keluarga korban dan menghubunginya.

Keluarga berencana untuk menguburkan jenazah di Banyuwangi, sehingga dia mencari mobil ambulance untuk mengangkut jenazah.

Baca Juga: Anaknya Tewas di Pesantren Gontor, Sang Ibu Mengadu ke Hotman Paris

Saat di rumah duka, muncul peristiwa viral melalui video keluarga yang tidak menerima kematian santri tersebut.

Gus Fatih menyatakan bahwa ia merasa tidak tega ketika melihat kondisi tubuh korban yang terbuka di rumah duka di Banyuwangi, dengan adanya memar dan wajah yang bengkak.***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x