PRIANGANTIMURNEWS- Kabar Kurang baik datang dari negeri Paman Sam, beberapa waktu lalu mendapatkan kabar bahwa beberapa bank yang berada di Amerika serikat (AS) resmi ditutup.
Kejadian ini menjadi perhatian bagi perbankan dunia, karena akan ada dampak yang terasa bagi dunia khususnya bidang perekonomian.
Ada 3 faktor penyebab penutupan Bank di Amerika Serikat
Baca Juga: Bank Indonesia Tasikmalaya Kembali Buka Penukaran Uang Baru Berbagai Pecahan
1. Model bisnis yang rentan dan tidak stabil
Hampir 93% dana pihak ketiga ( DPK) atau Deposit funding yang dimiliki teralokasikan pada bidang yang sama yaitu star up dan perusahaan teknologi
2. Dilihat dari sisi aset, penempatan aset berada pada surat berharga Available for sale, sehingga ketika suku bunga naik maka terjadi mismatch yang menyebabkan Mark to market boss
3. Terjadi ketidak seimbangan liabilitas sehingga terjadi kekhawatiran yang menyebabkan terjadi bank run atau bisa dikatakan adanya penarikan aset oleh deposit.
Akibat adanya penutupan Bank di AS bagaimana dampak bagi Perbankan dalam negeri?
Baca Juga: Gila! 10 Ribu Orang Tewas di Amerika Serikat akibat Kekerasan Senjata Sejak Awal 2023
Dilansir dalam Bank Indonesia tetap optimis terhadap ketahanan system keuangan di Indonesia tidak langsung terkena dampak secara besar atas penutupan Bank di AS.
Indikator yang menjadi dasar ke optimisan diantaranya.
1. Permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal, diketahui pada Januari 2023 Capital adequacy sebesar 25.88%.
2. Memiliki resiko kredit yang terkendali bisa dilihat dari rendahnya Rasio kredit bermasalah sebesar 2,59%(bruto) dan 0,76% (neto).
3. Likuiditas perbankan yang didukung oleh DPK pada Januari 2023 sebesar 8, 18% ( yoy).
Dari faktor yang dijelaskan diatas menjadi alasan bahwa Indonesia tetap stabil, di dukung oleh hasil street bank Indonesia menunjukkan ketahanan perbankan Indonesia yang kuat.
Ferry Warjiyo sebagai gubernur Bank Indonesia mengatakan yang perlu diwaspadai dari penutupan Bank di AS yaitu terhadap ekspetasi dan persepsi global terhadap Indonesia.
"Secara Fundamental ketahanan stabilitas keuangan Indonesia Kuat, untuk itu bak Indonesia bekerja sama dengan Komite stabilitas sistem keuangan (KSSK) untuk tetap mengelola persepsi dan memonit serta memperkuat ketahanan sistem Keuangan." kata Ferry***