PRIANGANTIMURNEWS- Tulisan resep dokter atas diagnosis penyakit tertentu terkesan sulit dibaca.
Hal itu karena antara kecepatan berpikir dan kecepatan menulis tidak seimbang sehingga membuat tulisan seorang dokter susah dibaca.
Tulisan resep dokter atas diagnosis penyakit tertentu terkesan sulit dibaca pasien sebelum era digitalisasi farmasi memiliki sejumlah alasan.
Baca Juga: Gaya 5 Pembalap Isi waktu Luang Nikmati Keindahan Lombok Menjelang WSBK Mandalika
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS. mengatakan, semakin cepatnya layanan yang dilakukan seorang tenaga kesehatan tak dibarengi kecepatan pada jari jemarinya dalam menulis resep.
"Seorang tenaga kesehatan memiliki volume layanan yang cepat, maka kecepatan berpikir tidak dimampu kecepatan jari jemarinya sehingga kadang penulisannya begitu teramat indah, susah dibaca masyarakat," ujarnya, Rabu 17 November 2021.
Tenaga kesehatan lain termasuk apoteker bisa mengatasinya. Walau begitu, mereka tetap melakukan validasi atas resep yang diterima pada dokter yang meresepkan obat.
Baca Juga: Pemerintah akan Menerapkan Kebijakan PPKM Level 3 di Seluruh Indonesia Mulai 24 Desember
Mereka pun akan memberikan edukasi kepada pasien terkait dosis obat dan petunjuk konsumsi hingga pasien paham dan meninggalkan ruang komunikasi di instalasi farmasi.