Semua perumpamaan dalam Al Quran tentang rahasia kejadian alam itu, menurut Buya Hamka, bertujuan untuk memperkuat kesadaran dan keimanan kita kepada Allah.
Ayat-ayat Al Quran mengenai peristiwa dan rahasia alam ini, sebagaimana dijelaskan Buya Hamka, merupakan "bahan-bahan atau fakta-fakta yang indah sekali buat diilmukan." (Tafsir Al Azhar, jilid 1, hlm: 27)
Maka dari itu, dalam menafsirkan ayat-ayat tentang peristiwa dan rahasia alam ini, menurut Buya Hamka, ada dua hal yang perlu dimiliki oleh seorang penafsir (mufassir):
Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat dan Padat tentang Qurban, Ketaatan Nabi Ibrahim, dan Tafsir Surat Al Kautsar
"Pertama, pengetahuan tentang bahasa (lughah) dan makna dari tiap lafaz yang tertulis dalam ayat itu. Kedua, pengetahuan tentang ilmu alam yang berkenaan dengan ayat tersebut." (Tafsir Al Azhar, jilid 1, hlm: 27)
Kedua hal ini diperlukan agar tidak terjadi penafsiran yang keliru dari maksud yang sebenarnya dari ayat-ayat tersebut.
Hal ini juga lantaran, sunnah atau hadits Rasul "tidaklah terlalu banyak meninggalkan meninggalkan penjelasan tentang (peristiwa dan rahasia alam) itu." (Tafsir Al Azhar, jilid 1, hlm 27.
Pengetahuan terperinci tentang peristiwa dan rahasia alam juga belum meluas pada masa itu, baik dalam masyarakat Arab sekeliling atau pada masa hidup Rasulullah sendiri.
Baca Juga: Apa Fadilah atau Keutamaan Sholat Tarawih Pada Malam Ke 23 Bulan Suci Ramadhan? Ini Penjelasannya
Pada masa itu juga bahkan ilmu hisab dan Falak belum berkembang meskipun sudah turun Surat Yunus ayat 5 yang di dalamnya menyebutkan bahwa "Allah telah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditentukan jangka ukuran jalannya
masing-masing." (QS. Yunus: 5)