PRIANGANTIMURNEWS - Diduga akibat faktor kelelahan, driver kurir ditemukan terkapar dan meninggal saat antar paket depan rumahan warga, di Jakarta.
Peristiwa tersebut menambah daftar kasus kematian diver atau ojol (ojek online) akibat kelelahan saat bertugas, mengantarkan barang atau penumpang.
Menjadi cambuk tersendiri untuk para driver dan ojol dan sistem para usaha jasa antar paket.
Baca Juga: 7,1 Juta Anak Terdampak Gempa Turki-Suriah, UNICEF Khawatir akan Terus Bertambah
Postingan tersebut pertama kali di cuit oleh akun @arifnovianto_id di Twitter, yang menyampaikan pesan dukanya pada Rabu, 15 Februari 2023 pukul 17:53 WIB.
"TURUT berduka, barusan mendapat kabar bahwa ada kawan kurir di Jakarta meninggal saat sedang bekerja mengantar paket. Menurut kawannya, almarhum meninggal karena kelelahan," tulus akun itu
Dalam tanggapannya dirinya dan kawan dari driver tersebut, menyampaikan bahwa faktor penyebab kematian adalah kondisi kerja yang berat dan kurangnya perlindu.
Baca Juga: Sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 16 Segera Tayang di SCTV, Simak Sinopsis dan Daftar Nama Pemainnya
Sehingga mereka yang bekerja full waktu untuk, menunggu dan mengirimkan barang, sedikit tidur karena mengejar pendapatan akhirnya rentan sakit.
Tiga bulan yang lalu, akun tersebut juga pernah mewawancarai seorang driver yang bekerja di Gocar serta Grabcar.
Mereka menyebutnya dirinya sebagai gembel yang elit, karena mereka memiliki mobil, membayar pajak yang besar, mengisi bensinnya tetapi tak punya rumah.
Baca Juga: Preview Shakhtar Donetsk vs Stade Rennais Beserta Prediksi Skor dan H2H Liga Eropa
Terkadang kekurangan makan dan istirahat, termasuk tidur. Dari mereka sering tidur di dalam mobil untuk demi mencari pendapatan untuk sesuap nasi.
"Ojek itu bercerita bahwa ada kawannya yang juga 'gembel elit' meninggal dalam mobil, persoalannya sama yaitu kelelahan," ujarnya.
"Akibat bayaran terlalu murah, memaksa mereka bekerja lama dan terus menerus, bahkan sampai kelelahan," ungkapnya.
Sistem kerja gig, menuntut pekerja diver dan ojol akhirnya melakukan pekerjaan yang tidak dibatasi oleh waktu.
Aturan main yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut malah justru mendorong mereka bekerja terlalu keras tanpa memikirkan kondisi kesehatan mereka.
Bahkan kata 'mitra perusahaan' menjadi sebuah alasan mereka mengeluh karena pendapatan yang kecil, tapi perusahaan menuntut hasil yang banyak.
Tidak ada hasil, tidak ada makan. Membuat mereka pada akhirnya memaksakan kehendak mereka untuk bekerja tanpa memperhatikan kondisi tubuh.
Ditambah dengan bayaran yang sedikit, dengan kompensasi yang minim adalah akar dari permasalahan tersebut.
Baca Juga: Prediksi Manchester United vs Barcelona di Liga Europa Menurut Dimitar Berbatov
Dasarnya, hubungan dari kemitraan memang akan memberikan kebebasan pekerja untuk menentukan kapan mereka akan melakukan kerja dan istirahat.
Namun ketika hasil imbalan tidak sesuai dengan harapan pekerja, yang terjadi malah sebaliknya.
Terlalu memaksa untuk mendapat imbalan lebih, dari upah yang sedikit. Pada akhirnya menyebabkan kematian dalam beberapa kasus.***