Pemain Kulit Hitam Inggris Menghadapi Pelecehan Rasial Setelah Kekalahan Euro 2020

- 12 Juli 2021, 21:36 WIB
Sepak Bola - Euro 2020 - Final - Italia v Inggris - Stadion Wembley, London, Inggris - 11 Juli 2021 Pemain Inggris Marcus Rashford dan Jadon Sancho bersiap untuk masuk sebagai pemain pengganti Pool.
Sepak Bola - Euro 2020 - Final - Italia v Inggris - Stadion Wembley, London, Inggris - 11 Juli 2021 Pemain Inggris Marcus Rashford dan Jadon Sancho bersiap untuk masuk sebagai pemain pengganti Pool. /REUTERS/Carl Recine

PRIANGANTIMURNEWS- Pemain kulit hitam di tim sepak bola Inggris telah menjadi sasaran badai pelecehan rasis online setelah kekalahan mereka di final Euro 2020, menarik kecaman luas dari manajer skuad Gareth Southgate bersama dengan bangsawan dan politisi.

Dilansir dari Reuters Senin, 12 Juli 2021, Marcus Rashford, 23, Jadon Sancho, 21, dan Bukayo Saka, 19, menjadi sasaran pelecehan setelah mereka gagal mengeksekusi penalti dalam adu penalti dengan Italia yang menyelesaikan final hari Minggu setelah pertandingan berakhir imbang 1-1.

Komentar tersebut telah mendorong penyelidikan polisi dan kecaman luas, meskipun kritikus menuduh beberapa menteri munafik karena menolak untuk mendukung sikap anti-rasis yang dibuat para pemain selama turnamen.

Baca Juga: Serangan Udara oleh Angkatan Udara Afghanistan Telah Membantu Mendorong Kembali Pejuang Taliban

"Bagi beberapa dari mereka, dilecehkan tidak bisa dimaafkan," kata Southgate dalam konferensi pers. "Sebagian dari luar negeri, kami diberitahu ini, tetapi sebagian dari negara ini."

Tim Inggris telah mendapatkan pujian atas sikap mereka melawan rasisme, sementara sejumlah pemain juga berkampanye untuk tujuan sosial lainnya. Susunan tim yang multi-ras telah dipuji sebagai cerminan Inggris modern yang lebih beragam.

Tim telah menyoroti masalah rasisme dengan berlutut sebelum semua pertandingan mereka - protes yang dibuat oleh pesepakbola Amerika Colin Kaepernick dan diikuti oleh gerakan Black Lives Matter tahun lalu - mengatakan itu adalah pertunjukan sederhana solidaritas melawan diskriminasi rasial.

Namun, beberapa penggemar mencemooh gerakan itu, dengan kritik melihatnya sebagai politisasi olahraga dan ekspresi simpati dengan politik sayap kiri.

Baca Juga: Tuduhan Merugikan Monarki, Pengadilan Yordania Menjatuhkan Hukuman kepada Mantan Ajudan dan Anggota Kerajaan

Halaman:

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x