Pemilik Sekolah Selancar Bali Tak Sabar Menunggu Kembalinya Turis Asing

- 31 Oktober 2021, 13:00 WIB
Seorang pemilik bisnis selancar, berusia 38 tahun, Halfia Londa berpose memegang papan selancar di pantai Kuta saat Indonesia membuka pulau wisata Bali ke beberapa negara termasuk China, Selandia Baru, dan Jepang mulai 14 Oktober.
Seorang pemilik bisnis selancar, berusia 38 tahun, Halfia Londa berpose memegang papan selancar di pantai Kuta saat Indonesia membuka pulau wisata Bali ke beberapa negara termasuk China, Selandia Baru, dan Jepang mulai 14 Oktober. /REUTERS/Sultan Anshori/

PRIANGANTIMURNEWS- Pemilik sekolah selancar Halfia Londa menaruh semua harapannya pada rencana Indonesia untuk membuka kembali pulau Bali untuk beberapa turis asing mulai pertengahan Oktober.

Bisnis Halfia di Pantai Kuta termasuk di antara ratusan bisnis pariwisata yang dilumpuhkan oleh keputusan pemerintah Indonesia untuk menangguhkan semua penerbangan internasional ke dan dari tujuan pulau populer mulai April 2020 karena pandemi virus corona.

Penutupan itu menghilangkan sebagian besar bisnis Halfia hampir dalam semalam, menjerumuskannya ke dalam utang. Dengan penghasilan yang sangat kecil, dia diusir dari rumah kontrakannya dan mengandalkan kemurahan hati teman-temannya untuk bertahan hidup.

“Untuk makan saja, saya harus pinjam uang,” kata Halfia, di luar gubuk persewaan papan selancarnya di Pantai Kuta. "Kami mencoba berhemat, kami makan dua kali sehari tanpa makan siang ... kami mencoba untuk selalu memasak apa yang bisa kami makan setidaknya selama dua hari."

Baca Juga: Muslim Malaysia Kembali Lakukan Perjalanan Internasional dengan Ziarah Umrah ke Arab Saudi

Ada beberapa harapan minggu ini ketika pemerintah mengumumkan akan membuka kembali Bali dan pulau-pulau tetangga Batam dan Bintan pada 14 Oktober untuk pelancong dari 18 negara, termasuk China, Selandia Baru dan Jepang. Rencana sebelumnya untuk membuka kembali hotspot pariwisata telah berulang kali tertunda.

Pengunjung akan diminta untuk dikarantina selama lima hari dengan biaya sendiri.

Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah mengalami salah satu wabah COVID-19 terburuk di kawasan ini. Secara resmi telah mencatat lebih dari 4 juta kasus dan 142.000 kematian, dan para ahli kesehatan masyarakat percaya jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.

Namun, jumlah kasus telah berkurang secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, menjadi kurang dari seribu kasus per hari, dibandingkan dengan puncak 56.000 kasus per hari pada bulan Juli.

Halaman:

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x