Gunung Parang Pangandaran Menjadi Saksi Petarungan Dua Pengawal yang Memperebutkan Pusaka Raja Galuh Ajisaka

21 Maret 2021, 19:44 WIB
Budayawan Pangandaran Didin Jentreng /Priangantimurnews/Minggu, 21 Maret 2021

PRIANGANTIMURNEWS- Sebagai daerah Pariwisata dengan keberagaman budaya, Kabupaten Pangandaran menyimpan deretan sejarah cerita kerajaan Galuh.

Salah satu bukti adanya kehidupan bersejarah di Pangandaran dengan adanya Gunung Parang di Dusun dan Desa Jasasri, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Budayawan asal Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran Didin atau akrab disebut Didin Jentreng menerangkan sedikit sejarah gunun Parang.

Baca Juga: Merekontruksi Pemikiran Pemuda, HPPS Pangandarsn Gelar Pengajian Rutin Setiap Malam Minggu

Menurutnya, gunung Parang adalah salah satu gunung yang dipuncak atasnya terdapat maqom bersejarah.

"Posisi makam tersebut posisi kepalanga saling berlawanan kalo dalam bahasa Sunda, patunjang-tunjang," Kata Didin pada priangantimurnews. Minggu, 21 Maret 2021.

Lanjutnya kata Didin, kedua maqom tersebut diantarnya, Dora dan Sambada. Mereka berdua wafat bersama setelah melakukan pertempuran yang memperebutkan pusaka Raja Galuh Medangkamulyan bernama Ajisaka.

Baca Juga: Tiga Dosen UMI Terpilih Sebagai Asesor Akreditasi, Akan Menguji Jurnal Ilmiah Kemenristek BRIN

Karena Raja Galuh Medangkamulyan Ajisaka mempunyai dua pengawal yang militan diantaranya bernama Semabada dan Dora

Singkat cerita, Raja Ajisaka mengutus Sembada agar membuka sebuah perkampungan dan diamanatkan sebuah pusaka.

Saat penyerahan pusaka tersebut Ajisaka berkata kepada Sembada untuk menjaga pusaka tersebut dan tidak boleh jatuh ketangan siapa pun.

Baca Juga: Petugas Berhasil Amankan Puluhan Alat Tangkap Baby Lobster di Periaran Pangandaran

"Suatu harinya Raja Ajisaka tiba-tiba teringat kepada pusaka yang dititipkan kepada Sembada, dan langsung mengutus Dora untuk menemui Sambada dan membawa pusaka Raja Ajisaka," kata Didin.

Setelah menemui Sembada, lalu Dora menyampaikan amanat yang diberikan Raja Ajisaka agar membawa pusaka yang dititipkan.

Namun, karena Sembada memegang teguh amanah Raja Ajisaka supaya tidak diberikan kepada siapapun pusaka titipan Raj Ajisaka.

Baca Juga: Ketua DPRD Pangandaran Asep Noordin Angkat Bicara Soal Insiden Jatuhnya Seorang Balita. Laksanakan Regulasinya

Disisi lain Dora memiliki pemikiran yang sama dengan Sembada yang menyatakan tidak akan pulang sebelum membawa pusaka yang dititipkan kepada Sembada.

Pertaturangan pun terjadi antara Dora dan Sembada, karena pertarungan keduanya sama-sam kuat pada akhirnta mereka meninggal bersama-sama.

Kedua petarung Sembada dan Dora dimakamkan di atas gunung Parang.***

Editor: Agus Kusnadi

Tags

Terkini

Terpopuler