Asal Usul Situ Sanghyang Yang Konon Adalah Kerajaan Saunggatang

18 Mei 2022, 19:28 WIB
Situ Sanghiang di Cilolohan, Cibalanarik, Kecamatan Tanjungjaya, Kab. Tasikmalaya. /PRITIM PRMN/NANANG YUDI/

PRIANGANTIMURNEWS- Situ Sanghyang yang berada di Cilolohan, Desa Cibalanarik, Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya, konon menurut cerita merupakan sebuah kerajaan dengan nama Saunggatang.

Danau yang memiliki keindahan alam tersendiri, tersimpan mitos yang menjadi legenda hingga saat ini, menurut kabar air Situ Sanghyang tidak pernah surut walaupun dilanda kemarau panjang.

Kenapa tidak pernah surut, dikarenakan adanya sumber air yang selalu keluar dari dasar danau tersebut.

Baca Juga: Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB 2022) Resmi Dibuka, Simak Beberapa Perubahannya!

Menurut tokoh masyarakat Cibalanarik, Oos Basor menceritakan, bahwa dulunya danau tersebut merupakan Kerajaan dengan nama Saunggatang.

Dan Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang Raja tampan dan gagah berani bernama Raden Ciptarasa.

"Saunggatang merupakan sekutu dari kerajaan Mataram dan pada suatu suatu ketika, seluruh raja-raja sekutu Mataram mendapat undangan untuk berkumpul selama 40 hari di mataram," kata Oos Basor mengawali ceritanya, Rabu 18 Mei 2022.

Setelah acara selesai di Kerajaan Mataram seluruh raja kembali ke Keraton masing-masing, begitu juga dengan Raden Ciptarasa yang pulang ke Saunggatang.

Dalam perjalanan pulang ke Saunggatang, Oos melanjutkan ceritanya, bahwa Ciptarasa bertemu dengan Raden Rarangbuana yang merupakan Raja dari kerajaan Galuh yang terlambat datang ke Mataram.

Baca Juga: Tragedi Kecelakaan Bus Terbalik, Rombongan Takziah Asal Magelang

"Ditengah perjalanan, Kedua raja tersebut saling menyapa hingga akhirnya meneruskan perjalanan masing-masing. Tetapi saat itu, Raden Rarangbuana tidak didampingi permaisurinya. Pada kesempatan tersebut, tiba-tiba Ciptarasa teringat kabar yang beredar di masyarakat bahwa permaisuri Raja Galuh adalah wanita tercantik di antero Pulau Jawa," ungkap Oos Basor.

Karena diselimuti penasaran yang menyelimuti hatinya, Raja Saunggantang bergegas cepat menuju kerajaan Galuh untuk membuktikan terkait kabar akan kecantikan sang permaisuri Galuh tersebut.

Singkat cerita, sesampainya di depan Keraton Kerajaan Galuh, Raden Ciptarasa tidak bisa masuk karena penjagaan di sana begitu super ketat.

Tetapi, karena memiliki ilmu kanuragan yang tinggi, Raja Saunggatang tersebut berhasil membuat seluruh penjaga keraton tertidur dan dengan leluasa masuk kedalam istana.

Baca Juga: Kajian Akademik Sebagai Prasyarat Pemekaran Wilayah Tasikmalaya Utara

Diselingi dengan menyeruput kopi, Oos melanjutkan ceritanya, melihat seorang Ksatria yang gagah dan tampan, permaisuri Raja Galuh yang bernama Ayu Cindera Wulan sangat begitu kaget, hal serupa juga dirasakan Raja Saunggatang yang baru pertama kali dia melihat seorang putri cantik jelita.

"Ciptarasa pun merasa kaget karena Ayu Cindera Wulan ingin ikut kemanapun dirinya pergi. Maka dibawalah Permaisuri Raja Galuh tersebut keluar dari dalam istana, singkatnya, sesampainya di Kerajaan Saunggatang, Ciptarasa dan Ayu Cindera Wulan disambut seluruh abdi dalem Keraton," tutur Oos.

Namun, seluruh abdi dalem terlihat perangainya penuh tanya seluruh ketika melihat seorang putri cantik yang dibawa rajanya tersebut, apalagi mereka tidak mengetahui darimana asalnya Puteri berparas jelita itu.

Baca Juga: 5 Stadion Terbaik di Asia Tenggara, 2 Diantaranya Ada di Indonesia

Pada kesempatan tersebut, ada seorang abdi dalem kerajaan yang memberanikan diri bertanya kepada Raja Saunggatang. “Sembah sinuwun nu kapihatur (maaf seribu maaf,) siapakah bidadari yang dibawa ini, tuan dan putri ini bagaikan kembang sepasang yang harum nan indah semerbak,” tanya dari abdi dalem Keraton tersebut.

Kemudian di Jawab oleh sang Raja bahwa putri yang dibawanya merupakan hadiah dari Kerajaan Mataram, maka dirinya meminta untuk dinikahkan pada saat itu juga, dan Raden Ciptarasa memerintahkan kepada seluruh abdi dalem untuk mempersiapkan makanan dan minuman yang lezat.

"Siapkan segalanya, buat makanan dan minuman yang serba lezat, keluarkan seluruh beras, mainkan gamelan dan seluruh kesenian. Selain itu undang seluruh rakyat untuk bergembira, serta adakan pesta selama tujuh hari tujuh malam di dalam keraton," titah Raja Saunggatang. (Bersambung)***

Editor: Agus Kusnadi

Tags

Terkini

Terpopuler