Inilah Sejarah Tradisi Tahlilan di Tanah Jawa

6 Juni 2022, 13:23 WIB
Potret warga sedang melakukan tahlilan di makam / youtube / media record tv /

PRIANGANTIMURNEWS - Para ahli melakukan penyelidikan bahwasanya tahlilan itu diadopsi oleh para da'i terdahulu dari upacara kepercayaan animisme, agama Budha dan Hindu yang kemudian diganti dengan ritual yang diambil dari Al-qur’an dan hadis.

Sebelum agama Hindu, Budha dan Islam datang ke Indonesia kepercayaan-kepercayaan yang dianut masyarakat Indonesia antara lain adalah kepercayaan animisme.

Menurut kepercayaan animisme, bila seseorang meninggal dunia maka rohnya akan datang ke rumah pada malam hari mengunjungi keluarganya.

Baca Juga: Murid SD di Washington DC Mainkan Lagu Burung Kakatua Menggunakan Angklung

Jika dalam rumah tidak terdapat orang ramai atau orang berkumpul melakukan upacara sesaji seperti membakar kemenyan dan menyediakan sesaji kepada roh gaib.

Maka roh orang mati tadi akan marah dan masuk kedalam jasad orang yang masih hidup dari keluarga mayit, maka dari itu semalaman para tetangga dan saudara kerabat nya tidak tidur, melainkan membaca mantra-mantra atau sekedar berkumpul-kumpul.

Hal seperti itulah yang dilakukan pada malam pertama kematian kemudian malam ke-3, ke-7, ke-100, dan ke-1 tahun dan seterusnya.

Menurut pemahaman animisme ini roh dari orang-orang yang sudah mati itu sangat menentukan bagi kebahagiaan dan kecelakaan orang-orang yang masih hidup di dunia.

Baca Juga: Kabar Duka, Komedian Rita Warintil Meninggal Dunia

Namun, ketika agama Hindu dan Budha masuk ke Indonesia kedua dari agama ini tidak mampu merubah tradisi animisme tersebut.

Bahkan tradisi tersebut berlangsung terus sampai agama Islam masuk ke Indonesia yang dibawa oleh para ulama yang dikenal sebagai Walisongo.

Sebagai langkah awal dari dakwah para ulama terdahulu tidak memberantasnya, akan tetapi mengalihkannya dari upacara yang bersifat kemusyrikan itu menjadi upacara yang bernafaskan Islam sehingga tidak bertentangan dengan pokok-pokok ajaran agama Islam.

Sesaji akan digantikan dengan nasi dan lauk-pauk untuk disedekahkan. Mantra-mantra diganti dengan dzikir, doa dan bacaan bacaan Alquran.

Baca Juga: Ibunda Eril, Atalia Mengunggah Foto Terakhir Bersama Anak Sulungnya: Dimana, Ril? Sini pulang!

Upacara seperti ini kemudian dinamakan tahlilan yang sekarang telah menjadi sebuah tradisi dan budaya dari sebagian besar masyarakat di Indonesia ini.

Berdasarkan aspek historis pada peristiwa ini bisa diketahui bahwa, sebenarnya tradisi tahlilan itu merupakan sebuah adopsi dan penyatuan dengan agama lain.

Jadi tradisi tahlilan ini khususnya yang ada di Indonesia merupakan hasil sebuah negosiasi antara agama pribumi dengan agama Islam yang datang ke Indonesia kemudian dilakukan oleh para ulama yang memahami akan kondisi masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Potret Terakhir Eril Sebelum Hilang di Sungai Aare: Atalia Kembali Tulis Curahan hati

Tahlilan yang pada umumnya hanya ditradisikan oleh Walisongo ini tidak lepas dari cara dakwahnya yang mengedepankan metode kultural atau budaya.

Wali Songo mengajarkan bahwa nilai-nilai Islam secara lembut dan tidak secara frontal menentang tradisi dari nenek moyang Indonesia tersebut pada masyarakat.

Namun, membiarkan tradisi itu hidup hanya saja isinya diganti dengan nilai-nilai Islam.

Dalam tradisi lama, bila ada tetangga atau kerabat saudara yang meninggal dunia maka para kerabat dan tetangga maupun saudara biasanya akan berkumpul dan berbincang-bincang di rumah duka.

Baca Juga: Potret Terakhir Eril Sebelum Hilang di Sungai Aare: Atalia Kembali Tulis Curahan hati

Mereka bukannya mendoakan mayit tersebut akan tetapi mereka hanya melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi mayit atau keluarga mayit. Wali Songo tidak serta merta membubarkan tradisi tersebut, akan tetapi masyarakat dibiarkan tetap berkumpul, namun acara diganti dengan mendoakan mayit.***

 

 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturahmi

Tags

Terkini

Terpopuler