Mesjid Agung Manonjaya Sebagai Warisan Cagar Budaya, Puncak Atap Merupakan Peninggalan Syekh Abdul Muhyi

- 23 Juni 2022, 22:48 WIB
Mustaka yang berada di puncak atap Mesjid Agung Manonjaya.
Mustaka yang berada di puncak atap Mesjid Agung Manonjaya. /PRITIM PRMN/MUZAMMIL ALISMA/

Baca Juga: Tujuh Korban Pesawat Susi Air Berhasil Dievakuasi Personel Gabungan TNI-Polri

Dikomandani oleh Patih Raden Wiratanuwangsa yang bergelar Raden Tumenggung Danuningrat.

Pada tahun 1835 M, Daerah di sekitar Masjid Agung Manonjaya dijadikan pusat perdagangan dan perekonomian,

Karena digunakan sebagai anjang transasi jual beli para pedagang asal Jawa Barat dengan para pedagang asal Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Saat ini masjid tersebut masih berfungsi sebagai tempat peristirahatan para pendatang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang hendak berziarah ke Patilasan Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan.

Baca Juga: Resmi Sadio Mane Bergabung Bayern Muenchen, Dikontrak Hingga Tahun 2025

Karena menurut sejarah, Syekh Abdul Muhyi memberi hadiah berupa Kemuncak (Mustaka), ketika mesjid masih berbentuk mushola.

Mustaka adalah bagian puncak mesjid yang menjadi salah satu ciri penting atap masjid tradisional yang telah diadaptasikan dari elemen-elemen bangunan sakral,

perpaduan antara Islam dan Hindu pra-Islam di Jawa yang terbuat dari bahan perunggu.

Pada tahun 2009, Mesjid Agung Manonjaya terkena dampak bencana alam gempa bumi dan mengalami kerusakan fisik yang cukup parah akibat bencana alam tersebut.

Halaman:

Editor: Agus Kusnadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x