PRIANGANTIMURNEWS- Indonesia begitu kaya dengan Seni dan budaya. Eksistensi kesenian serta budaya tersebut diakui atau tidak sudah mulai tergerus dengan budaya modern yang tumbuh seiring perkembangan zaman.
Seni dan budaya lokal tersebut akan terus bertahan jika ada yang masih peduli terhadap keberadaannya. Di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Tasikmalaya banyak berdiri padepokan yang terus konsisten melestarikan seni dan budaya lokal tersebut.
Salah satu padepokan yang konsisten melestarikan seni dan budaya serta kearifan lokal adalah Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa.
Seni dan budaya lokal tersebut akan terus bertahan jika ada yang masih peduli terhadap keberadaannya. Di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Tasikmalaya banyak berdiri padepokan yang terus konsisten melestarikan seni dan budaya lokal tersebut.
Salah satu padepokan yang konsisten melestarikan seni dan budaya serta kearifan lokal adalah Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa.
Baca Juga: Kabar Duka! Irma Lestari dan Ni Wayan Supini, Pekerja Migran Indonesia Meninggal Dunia di Turki
Padepokan yang berada di Kampung Cirawa Desa Mekarjaya Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya ini berdiri pada tahun 1972 didirikan oleh almarhum Abah Dayat Supriatna.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa yakni Andi Rustandi kepada priangantimurnews.pikiran rakyat.com pada Senin, 17 Juli 2023.
" Padepokan ini didirikan oleh orang tua saya Almarhum Abah Dayat Supriatna pada tahun 1972. Nama awal padepokan ini adalah Padepokan Pancawarna, " ujar Andi Rustandi yang akrab disapa Aboy Sadewa ini.
Menurut Aboy Sadewa, setelah orang tuanya meninggal Padepokan Pancawarna ini kemudian diteruskan oleh dirinya dengan melakukan pembaharuan.
Padepokan yang berada di Kampung Cirawa Desa Mekarjaya Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya ini berdiri pada tahun 1972 didirikan oleh almarhum Abah Dayat Supriatna.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa yakni Andi Rustandi kepada priangantimurnews.pikiran rakyat.com pada Senin, 17 Juli 2023.
" Padepokan ini didirikan oleh orang tua saya Almarhum Abah Dayat Supriatna pada tahun 1972. Nama awal padepokan ini adalah Padepokan Pancawarna, " ujar Andi Rustandi yang akrab disapa Aboy Sadewa ini.
Menurut Aboy Sadewa, setelah orang tuanya meninggal Padepokan Pancawarna ini kemudian diteruskan oleh dirinya dengan melakukan pembaharuan.
Baca Juga: Heboh! Aliran Sesat Bab Kesucian di Gowa, Padepokan Ditutup? Ini Kata MUI Sulawesi Selatan
" Nama Padepokan Pancawarna kemudian kami ganti jadi Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa pada tahun 2018, " lanjut Aboy Sadewa.
Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa ini dalam kegiatannya mewadahi para anggotanya dalam hal melestarikan seni budaya Sunda.
" Kegiatan di Padepokan kami fokus ke seni budaya lokal yakni pencak silat, debus, lais , calung dan kearifan lokal lainnya, " kata Aboy.
Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa ini pada Ahad, 16 Juli 2023 telah melangsungkan ulang tahun atau 'milangkala' -nya yang ke lima.
Pada gelaran 'milangkala' - nya yang ke lima tersebut dihadiri oleh para kasepuhan seni budaya dari berbagai padepokan. Beberapa budayawan Sunda yang hadir diantaranya Ki Acep Aan, Kang Agung dan Ki Lanang Sajagat.
" Nama Padepokan Pancawarna kemudian kami ganti jadi Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa pada tahun 2018, " lanjut Aboy Sadewa.
Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa ini dalam kegiatannya mewadahi para anggotanya dalam hal melestarikan seni budaya Sunda.
" Kegiatan di Padepokan kami fokus ke seni budaya lokal yakni pencak silat, debus, lais , calung dan kearifan lokal lainnya, " kata Aboy.
Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa ini pada Ahad, 16 Juli 2023 telah melangsungkan ulang tahun atau 'milangkala' -nya yang ke lima.
Pada gelaran 'milangkala' - nya yang ke lima tersebut dihadiri oleh para kasepuhan seni budaya dari berbagai padepokan. Beberapa budayawan Sunda yang hadir diantaranya Ki Acep Aan, Kang Agung dan Ki Lanang Sajagat.
Baca Juga: Padepokan Resmi Ditutup! Gus Samsudin Diamuk Warga Warga Sampai Diusir Dari Kampung!?
Hadir pula tokoh akademisi yakni Dr. Erik dan tokoh agama Ustadz Agus, Kang Rino selaku Ketua Lakri, Bunda Elis Manggala serta dari aparat pemerintah setempat. Milangkala Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa ini kental dengan budaya lokal Sunda.
Para tamu yang hadir dijamu dengan makanan tradisional Sunda singkong dan ubi rebus serta nasi tumpeng.
Acara milangkala yang akan berlangsung dua hari ( Ahad dan Senin) ini di hari pertama ditampilkan pecak silat dan debus dari anggota Padepokan.
Biaya Milangkala ke lima Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa ini murni dari pribadi dan gotong royong Anggota tanpa ada bantuan dari dinas terkait ataupun sponsor.
Upaya pelestarian seni dan budaya lokal tentu saja bukan hanya menjadi tanggung jawab padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa saja.
Tetapi seluruh masyarakat harus terlibat dalam upaya tersebut agar seni dan budaya lokal yang merupakan warisan leluhur tidak semakin tergerus dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.
Peran pemerintah juga tentu harus hadir dan memberikan 'perhatian' terhadap padepokan-padepokan yang terus berupaya melestarikan seni budaya tersebut. ***
Hadir pula tokoh akademisi yakni Dr. Erik dan tokoh agama Ustadz Agus, Kang Rino selaku Ketua Lakri, Bunda Elis Manggala serta dari aparat pemerintah setempat. Milangkala Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa ini kental dengan budaya lokal Sunda.
Para tamu yang hadir dijamu dengan makanan tradisional Sunda singkong dan ubi rebus serta nasi tumpeng.
Acara milangkala yang akan berlangsung dua hari ( Ahad dan Senin) ini di hari pertama ditampilkan pecak silat dan debus dari anggota Padepokan.
Biaya Milangkala ke lima Padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa ini murni dari pribadi dan gotong royong Anggota tanpa ada bantuan dari dinas terkait ataupun sponsor.
Upaya pelestarian seni dan budaya lokal tentu saja bukan hanya menjadi tanggung jawab padepokan Pancawarna Siliwangi Nusa Sadewa saja.
Tetapi seluruh masyarakat harus terlibat dalam upaya tersebut agar seni dan budaya lokal yang merupakan warisan leluhur tidak semakin tergerus dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.
Peran pemerintah juga tentu harus hadir dan memberikan 'perhatian' terhadap padepokan-padepokan yang terus berupaya melestarikan seni budaya tersebut. ***