Romo Tomo sebagai juru kuncinya menceritakan bahwa perjalanan menuju tempat itu sangat sulit dan rumit karena tertutup hutan lebat.
Dalam hutan lebat dan sepi itulah, Soeharto menyepi, bertapa, dan berkonsentrasi penuh untuk menghadap dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ia bersemedi dengan penuh kekhusukan dan mengesampingkan urusan duniawi. Kedatangan orang bersemedi ke Gunung Selok bermacam-macam tujuannya, ada yang ingin mencari kekayaan, naik pangkat, ingin usahanya lancar, atau berharap dagangannya laris.
Tempat lain yang sering dikunjungi Soeharto sebagai tempat semedi dan bertapa adalah srandil di Desa Glempengan Pasir, Kecamatan Adipala, Cilacap.
Di samping itu Jambe Lima juga menjadi tempat yang dijadikan sebagai lokasi pemujaan oleh Soeharto.
Baca Juga: BERITA TRANSFER: Aston Villa Mencapai Kesepakatan Untuk Menandatangani Bek Berusia 29 tahun
Dinamai Jambe karena tempat pemujaan tersebut terdapat pohon Jambe yang diyakini bertuah dan memiliki kekuatan magis. Menurut cerita, Jambe Pitu dibuka pada tahun 1958.
Soeharto pergi ke Jambe Pitu setiap bulan Sura. Dalam Jambe Pitu, terdapat sanggar pemujaan, sanggar Pareleman Kakung, sanggar Pareleman putri, dan sanggar Supersemar yang menjadi saksi bisu laku spiritual Soeharto.
Setiap orang yang mengharap ngalap berkah diminta untuk memohon kepada Tuhan yang maha esa dengan cara melakukan semedi di Jambe Pitu.