BRICS VS NATO: Analisis Geopolitik Dunia, Di Balik Layar Perang Rusia-Ukraina

- 21 Februari 2023, 19:08 WIB
Ilustrasi NATO (kanan) VS BRICS (kiri), antara forum militer dan forum ekonomi.
Ilustrasi NATO (kanan) VS BRICS (kiri), antara forum militer dan forum ekonomi. /Tangkapan layar YouTube Channel Teknologi Populer/

PRIANGANTIMURNEWS - Perang Rusia-Ukraina mengawali babak baru pergerakan geopolitik Dunia saat ini.

NATO berada di belakang Ukraina setelah permintaanya atas anggota sah, sementara Rusia adalah salah satu pendiri BRICS.

BRICS VS NATO, merupakan sebuah istilah pergerakan yang tengah terjadi di Dunia antara forum Militer atau Forum Ekonomi.

Baca Juga: Jelang Persib VS Arema FC,  Bobotoh Auto Kecewa Ternyata Ini Sebabnya!

Menjelang peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina, memicu pergerakan yang masif atas keberpihakan kerjasama bidang ekonomi dan militer negara-negara di Dunia.

Perlu diketahui NATO (North Atlantic Treaty Organization) lahir dari bidang militer yang didirikan oleh 12 negara.

Sementara  BRICS (Brasil, Rusia, India, China serta Afrika Selatan) lahir dari bidang ekonomi didirikan oleh empat negara.

Lantas Bagaimana kedua aliansi organisasi internasional tersebut bersinggungan, dan dikaitkan dengan perang Rusia-Ukraina? Padahal bidang organisasinya saja berbeda.

Baca Juga: 5 Ciri Perempuan Yang Nafsu nya Gede

Perlu diketahui, Ukraina mengajukan keanggotaan NATO setelah terjadinya invasi Rusia yang artinya NATO berada di belakang layar pihak Ukraina.

Sementara Rusia adalah salah satu dari pendiri BRICS, dan alasan kenapa Rusia menginvasi Ukraina karena negara yang beribukotakan Moskow itu menganggap Ukraina adalah bagian dari negaranya.

Masing-masing dari kedua aliansi organisasi internasional tersebut memang fokus dalam bidangnya.

Namun baik NATO dan BRICS memiliki kekuatan aliansi ekonomi dan kerjasama militer di dalamnya.

Baca Juga: Jelang Puasa dan Idul Fitri BI Tasikmalaya Imbau Masyarakat Belanja Bijak

Otomatis, ketika suatu negara berkonflik maka negara yang berada dibalik layar pun akan melakukan pergerakan berupa support system, kecaman atau bahkan bantuan militer langsung.

Pergerakan dari kedua aliansi organisasi tersebut menjadi semakin nyata terlihat pada 2022 tahun lalu.

Ditandai dari pengajuan pendaftaran negara non-block Swedia dan Finlandia yang berniat bergabung dengan NATO pada Mei 2022, setelah khawatir terhadap invasi Rusia Mei 2022 lalu.  

Disusul pengajuan pendaftaran negara anggota terhadap BRICS yang dilakukan oleh Argentina dan Iran yang dilakukan pada Juni 2022 dan Algeria/Aljazair pada November 2022.

Baca Juga: Alamak! Rejeki Wanita Solehah, Kisah Ustadzah di Lombok Nikah dengan Bule Belgia

Dikubu NATO sendiri terjadi sedikit perpecahan setelah Turki menolak Swedia untuk bergabung ke dalam NATO, setelah aksi pembakaran Al-Qur'an dan tolakan ekstradisi buronan Turki.

Disaat Turki tertarik untuk bergabung dengan BRICS, bersamaan dengan Arab Saudi, Mesir, Afganistan dan bahkan Indonesia yang diharapkan segera mengajukan permohonan resmi tersebut.

Hal yang menjadi perbedaan dasar antara NATO dan BRICS terletak dari cara pandang terhadap kesetaraan jenjang.

BRICS menentang keras politik kekuasaan, hukum rimba dan hegemoni, menginginkan keseimbangan dalam tatanan Global, dikutip Priangantimurnews.com dari globaltimes.cn.

Baca Juga: Suara Tak Tok Lato-lato Mulai Menghilang, Racing Tipe X Pun Datang

Menampung solusi dunia terhadap perekonomian, baik negara maju maupun negara berkembang. Bersedia bekerja sama dengan berbagai pihak.

Namun blok barat, dalam hal ini di dominasi NATO dengan sistem Kapitalis tidak demikian. Seolah menutup mata terhadap perbedaan jenjang, walau berperan menjaga perdamaian.
 
Saat ini Nato beranggotakan resmi 30 negara, sedangkan BRICS hanya beranggotakan resmi lima negara.

Tetapi walau hanya memiliki anggota lima negara, sudah cukup untuk menyaingi NATO dalam hal militer dan perekonomian.

Baca Juga: Agensi Ko Woo Rim Umumkan Tindakan Hukum Terhadap Berita Palsu Tentang Pernikahannya, Ini Isi Pernyataannya!

Sampai sekarang hal tersebut adalah sebuah pembanding, dan Indonesia lebih mengutamakan sikap netral serta tidak tergabung kedalam dua kelompok tersebut.

Saat ini negara-negara terutama Ukraina khawatir apabila China secara terang-terangan membantu memasok senjata kepada Rusia.

Blok barat memprediksi kemungkinan terjadinya Perang Dunia ke-III apabila China membantu Rusia.

Kecaman pun banyak datang dari berbagai negara terhadap negeri tirai bambu tersebut, ditambah hubungan China dan AS saat ini tengah memanas.

Baca Juga: Inilah 8 Pemain yang Mencetak Gol Tendangan Bebas Terbanyak Dalam Sejarah

Menjelang peringatan satu tahun invasi Rusia, Presiden Vladimir Putin tengah mempersiapkan serangan terstruktur dan berencana menaklukan Kota Bakhamut.***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: YouTube Teknologi Populer


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x