Selain itu Perdana Menteri Belanda juga telah melakukan riset secara mendalam hingga akhirnya menghasilkan sebuah penelitian sejarah bertajuk, “Onhafhankelijkheid, Dekolonisatie, Geweld en Oorlog in Indonesië, 1945-1950”.
Baca Juga: Demi Konten! Youtuber Tasikmalaya Rela Dikubur Hidup-Hidup dan Dililit Ular, Berakhir di Rumah Sakit
Penelitian di atas mendalami tentang proses kemerdekaan, dekolonisasi, kekerasan, dan perang di Indonesia dari tahun 1945-1950. Atas hasil penelitian ini tim riset menemukan persoalan yang kemudian membuat Rutter berani mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2017 ini menghasilkan beberapa temuan antara lain, pada periode zaman yang dikenal dengan revolusi fisik, militer Belanda telah melakukan tindak kekerasan ekstrim secara terstruktur.
Oleh sebab itu Perdana Menteri Rutte merasa harus meminta maaf akan hal ini. Namun alih-alih disetujui oleh wakil rakyat, parlemen Belanda justru menolaknya dengan alasan mempertahankan nama baik.
Pasalnya parlemen Belanda akan merasa dipermalukan dunia internasional apabila pernyataan Rutte –tentang pengakuan kemerdekaan Indonesia 1945, disetujui sepenuhnya.
Baca Juga: Yunani vs Irlandia di Kualifikasi Euro 2024: Pratinjau, jadwal, H2H, Prediksi Skor
Sebab secara tidak langsung pernyataan Rutte menunjukan kebenaran bahwa Belanda telah melakukan kekerasan kepada rakyat Indonesia pada masa Agresi Militer I dan II.