Gara-gara Terdampak Covid-19, Eksport Sale Pisang Terhenti

21 Desember 2020, 12:55 WIB
Keryawan sedang mengemasi sale pisang di Salah satu produsen sale di Banjarsari Kabupaten Ciamis /pikiran rakyat/Nurhandoko Wiyoso

PRIANGANTIMUR NEWS - Akibat dampak dari pandemi Covid-19, eksport sale pisang produksi perajin Sale Banjarsari Kabupaten Ciamis terhenti.

Para perjin sale kini hanya mengandalkan pasar lokal di wilayah Jawa Barat, Jakarta dan Jawa Tengah.

Padahal selama ini, saat dalam kondisi normal, sale pisang bisa dieksport ke Malaysia, Singapuraa dan Brunei Darussalam. Setiap minggu ke negara tersebut bisa dua kontainer.

Baca Juga: Jelang Natal dan Tahun Baru 2021, Polres Ciamis Gelar Pasukan Operasi Lilin

Dengan adanya pandemi, kran eksport ditutup, sehingga mereka hanya memenuhi pasar lokal di antaranya Bandung, Jakarta, Semarang, Magelang serta beberapa kota lain.

Pemilik Sale Bilqis Yadi, di Desa Sindangasih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, seperti dikutip pringantimurnews dari Pikiran Rakyat Minggu (20/12/2020), saat awal muncul Covid masih bisa eksport.

Namun ketika Covid makin meluas, pengiriman semakin sulit hingga terhenti ketika Malaysia melakukan lockdown."Sekarang kembali mengandalkan pasar lokal,” tutur

Dia mengungkapkan ekspor ke Malaysia dimulai sejak awal Tahun 2020. Untuk memenuhi pesanan ekspor dua kontainer per minggu, Yadi bergabung dengan beberapa perajin sale lainnya di wilayah Banjarsari.Pada ekspor perdana, Yadi mengirim sebanyak 1.500 bal (kemasan).

Baca Juga: Wisata Alam Citumang Body Rafting Menjadi Paling Populer Kunjungan Wisata Pekan Ini

“Sebenarnya baru melangkah, akan tetapi datang Covid, hingga ekspor terhenti. Saat pandemi permintaan masih banyak, akan tetapi terkendala lockdown. Keadaan seperti ini pengalaman sangat berharga, alhamdulillah pangsa pasar lokal juga tetap tinggi,” katanya.

Diampingi istrinya, Turyati, Yadi mengaku UMKM yang dikelolanya mendapat pukulan berat seiring dengan terhentinya ekspor sale pisang. Bahkan untuk mengurangi beban, saat ini hanya mempekerjakan 23 tenaga kerja dari sebelumnya 30 orang.

Selain itu tidak semua tungku penggorengan dioperasikan, karena produksi turun hingga 50 persen. Saat ini produksi hanya untuk memenuhi pasar lokal.

Baca Juga: Bawa Narkoba dan Senjata Tajam, Tujuh Simpatisan Habib Rizieq Jadi Tersangka Aksi 1812

“Ketika masih bisa ekspor enam tungku dipakai semua. Bahkan pegawai sampai lembur. Saya akui saat itu lebih fokus ekspor, sehingga yang lokal sedikit terabaikan,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, importir sale di Malaysia pernah beberapa kali komplain, karena ditemukan rambut di sale pisang. Sedangkan bentuk fisik yang dikehendaki, sale pisang harus lurus atau tidak boleh bengkok atau mengglung. Oleh karenanya lebih fokus untuk memenuhi kualitas ekspor.

“Persyaratannya ketat. Beberapa kali ada komplain karena di sale ditemukan rambut. Persoalan rambut memang menjadi perhatian serius. Saya tidak tahu rambut tersebut ditemukan pada sale produksi siapa,” ungkapnya.

Baca Juga: Kemenkop UMK Kembangkan Domba Garut Jadi Domba Pedaging

Berkenaan dengan bahan baku sale, Yadi mengatakan berasal dari pasokan warga Banjarsari, Pangandaran dan sekitarnya. Mereka khusus membuat bahan baku irisan tipis pisang siem.
Untuk membuat irisan tipis pisang, lanjutnya membutuhkan keahlian khusus, karena rawan pecah. Hanya saja saat ini pasokan sedikit dikurangi karena saat pandemi Covid, permintaan berkurang.

“Kami juga punya binaan 15 warga untuk membuat bahan baku. Selain itu juga kiriman warga lain yang juga khusus membuat irisan tipis pisang. Saya berharap Pandemi cepat berlalu, sehingga produksi dapat kembali naik,” ujarnya.***(Nurhandoko Wiyoso/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Ahmad Ramadan

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler