Kehebohan Netizen Pangandaran di Pan Asia Hash 2022 Bentuk Disinformasi

12 Oktober 2022, 21:30 WIB
Aktivis Perempuan, Pegiat Hukum dan Demokrasi Firmawati. /Dok. Pribadi/

PRIANGANTIMURNEWS- Warganet atau netizen di Kabupaten Pangandaran dihebohkan dengan informasi event Internasional Pan Asia Hash 2022 yang digelar pada Jumat-Minggu (7-9/10/2022).

Kehebohan netizen Pangandaran yang diduga menimbulkan prasangka pelecehan terhadap bulan maulid dan disusupi kegiatan LGBT tersebut dikomentari Aktivis Perempuan, Pegiat Hukum dan Demokrasi Firmawati.

"Hemat saya, kehebohan yang terjadi merupakan salah satu bentuk disinformasi, kita patut waspada jelang tahun politik 2024 khususnya di Kabupaten Pangandaran potensi disinformasi juga besar," kata Firmawati, Rabu (12/10/2022).

Baca Juga: HPI Pangandaran Menyanggah Soal Tudingan Miring Tentang Event Pan Asia Hash 2022

Firmawati menambahkan, lantas apakah informasi itu merupakan suatu kebenaran yang faktual atau bukan.

"Akan terjadi pro dan kontra dari berbagai sudut pandang, tentunya perlu saling mendengar, menukar fikiran dan membuka hati untuk dapat menemukan kebenaran substantif," tambah Firmawati.

Kehebohan netizen yang kini terjadi didasari oleh perbedaan pandangan sosial politik dan ideologi.

"Pro dan kontra untuk Negara Demokrasi dalam kebebasan berpendapat menjadi lumrah," jelas Firmawati.

Baca Juga: Inilah Profil dan Biodata Lengkap Rizky Billar, Aktor yang Terjerat Kasus KDRT pada Istrinya, Lesti Kejora

Pemerintah perlu kiranya membuka akses informasi yang luas bagi publik agar potensi disinformasi tidak kembali terulang.

Berkaca pada perhelatan politik 2019 banyak menyita energi masyarakat dan menimbulkan polarisasi yang lukanya masih terasa hingga kini.

"Bertebaran kampanye hitam dan kampanye negatif hingga isu SARA kerap terjadi hingga di dunia maya netizen terpecah menjadi cebong dan kampret," papar Firmawati.

Insiden perpecahan netizen jadi pukulan psikososial sebagai bangsa yang besar.

"Semestinya perbedaan yang ada sudah selesai melalui bingkai Bhinneka Tunggal Ika," tutur Firmawati.

Baca Juga: Rizky Billar Penuhi Panggilan Penyidik Polres Metro Jaya Jakarta Selatan, Dicecar 38 Pertanyaan

"Kita harus waspada lantaran sangat potensi ada buzzer politik, politisasi isu besar yang menyasar fundamentalisme hingga menimbulkan ketersinggungan, perpecahan, hingga konflik masyarakat khususnya di dunia digital," tegas Firmawati.

Firmawati juga membeberkan, harus meminimalisir penyebaran informasi dengan cara melakukan edukasi pada publik.

Publik harus selalu diingatkan agar bijak dalam mengelola informasi yang dia dapat.

"Salahsatu pakar di Indonesia menyatakan, misinformasi adalah bagaimana penyebaran informasi yang keliru tanpa unsur kesengajaan," kata Firmawati.

Sedangkan disinformasi ada unsur kesengajaan untuk membuat dan menyebarkan informasi yang tidak diketahuinya dengan benar.

Pelaku disinformasi biasanya merubah sumber yang asli dengan cara mengedit menggabungkan dengan sumber lain yang tidak relevan.

Baca Juga: Titik Balik Kemenangan Chelsea Karena Tomori, Ada Apa?

Ekstrimnya lagi, pelaku akan membuat informasi baru yang sepenuhnya dibuat palsu.

Internet yang semakin canggih memiliki dua sisi yaitu positif dan negatif.

Positifnya akan memberikan kemudahan bagi setiap orang dengan cepat mengakses sumber informasi.

Kecepatan mengakses informasi belum tentu berbarengan dengan ketepatan memfilter informasi.***

Editor: Agus Kusnadi

Tags

Terkini

Terpopuler