Inilah Sejarah Kekejaman Penjajah Jepang, Sebelum Indonesia Merdeka, Tapi di Sisi Lain ....

13 Agustus 2022, 20:16 WIB
Rakyat Indonesia yang menderita dampak dari penjajahan Jepang/ Tangkapan layar YouTube Aliqul Chanel /

PRIANGANTIMURNEWS - Kedatangan Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 berpengaruh besar, dalam artian yang baik dan yang buruk.

Dampak baiknya Jepang berhasil mengusir Belanda yang telah menduduki Indonesia selama tiga abad.

Namun kabar buruknya Jepang memiliki caranya tersendiri untuk menjajah bangsa Indonesia.

Baca Juga: BONGKAR KASUS SUBANG: Akhirnya Pihak Keluarga Korban Berani Meminta Bantuan  Presiden Joko Widodo

Pemerintah dan tentara Jepang memimpin dengan begitu kejam dan merenggut banyak hal.

Walaupun masa pendudukan Jepang relatif singkat yakni 3,5 tahun.

Mereka berhasil mengubah mimpi buruk Indonesia menjadi nyata.

Padahal mereka mengaku akan memberikan kemerdekaan di awal kedatangannya.

Inilah sejumlah bukti kekejaman para penjajah Jepang terhadap rakyat Indonesia.

Baca Juga: Inilah Pengakuan Bharada E yang Menguatkan Polri Untuk Menangkap Ferdy Sambo

Para penjajah Jepang memiliki cara yang licik untuk mengelabui rakyat Indonesia.

Mereka datang mengaku sebagai saudara tua Bangsa kita untuk mendapat simpati.

Tak hanya itu janji kemerdekaan juga digemburkan di awal kedatangannya, sehingga rakyat mempercayainya.

Namun ternyata semua kebaikan itu hanya berlangsung dalam waktu yang singkat.

Tak lama setelah Jepang menduduki Banten, makanan, obat-obatan, pakaian, dan berbagai barang kebutuhan lainnya menghilang dari pasaran.

Akibatnya rakyat pun sangat menderita, mereka terpaksa makan seadanya dan mengenakan karung goni sebagai alat penutup tubuh.

Baca Juga: Lirik Hymne Pramuka, Lagu yang Sering Dinyanyikan Pada Peringatan Hari Pramuka 14 Agustus 2022

Belum lagi ketika sakit tak ada obat yang bisa diakses sehingga rakyat menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal seadanya.

Yang kedua, Romusha kerja paksa ala Jepang bukti kekejaman Jepang yang paling terkenal adalah romusha.

Mereka memaksa rakyat terutama para petani untuk mengerjakan berbagai hal.

Mulai dari terjun ke medan perang, membangun berbagai benteng penjara dan lain sebagainya.

Para pekerja Romusha direkrut dengan paksa setiap kepala daerah harus menyetorkan data laki-laki usia produktif.

Setelah itu mereka akan dipanggil untuk menjadi Romusha.

Setelah panggilan datang, keluarga harus merelakan mereka, karena seringkali para pekerja tersebut tidak kembali lagi kerumahnya.

Ia telah menjadi Romusha mereka akan diberi pakaian atau seragam berupa karung goni yang berkutu.

Setiap hari para pekerja paksa itu harus melakukan tugas yang berat tanpa istirahat dan makanan yang cukup.

Baca Juga: Gus Samsudin Auto Kicep! Dokter Richard Berhasil Bantu Pesulap Merah!

Tubuh merekapun kurus dan lemah, namun tetap harus bekerja dengan perang.

Para tentara Jepang pun mengawasinya setiap waktu cambuk pentungan logam dan berbagai senjata siap untuk diayunkan kapan saja ketika ada Romusha yang melawan berusaha melarikan diri atau mencuri waktu istirahat.

Yang ketiga membangun penjara-penjara yang tidak manusiawi.

Jepang juga terkenal dengan penjara-penjara nya yang tak kenal ampun dan tidak manusiawi.

Salah satu contohnya adalah penjara bawah tanah yang ada di Lawang Sewu Semarang Jawa Tengah.

Bangunan tersebut awalnya dibuat oleh pemerintah Belanda untuk kantor kereta api.

Namun saat Jepang menguasai Indonesia, ia dialih fungsikan menjadi penjara.

Terdapat dua macam penjara yang terkenal di Lawang Sewu ini, yaitu penjara jongkok dan berdiri.

Penjara jongkok dibuat seperti bak dengan tinggi 50 cm, para tahanan harus jongkok di dalamnya.

Seakan tak cukup kejam, bak tersebut diisi air yang mencapai leher lalu ditutup dengan besi.

Sementara penjara berdiri dibuat dengan ukuran 1 kali 1 M.

Baca Juga: Ubud Village Jazz Festival Kembali Digelar, Wujud Pulihnya Pariwisata Bali Kepada Dunia

Ruangan tersebut biasanya diisi oleh delapan orang para tahanan yang berasal dari pribumi maupun Belanda.

Harus berdiri berdesak-desakan di dalamnya.

Yang keempat menyiksa dan membiarkan tahanan mati kelaparan.

Seakan penjara yang dibuatnya tak cukup menyiksa, para penjajah Jepang juga terkenal sering membiarkan tahanannya mati kelaparan.

Para sipir dengan sengaja tidak memberikan makanan kepada tahanan-tahanan selama berhari-hari.

Ketika diberi pun makanan tersebut tidak cukup untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan.

Ini terjadi karena penjajah Jepang menganggap penjara adalah tempat untuk menyiksa bukan hanya menahan.

Maka tak heran jika banyak tahanan yang mati sebelum dieksekusi.

Belum lagi tahanan juga sering mendapatkan siksaan dari Polisi militer Jepang yang sangat sadis.

Mereka tak ragu mengeluarkan berbagai metode untuk menyiksa orang mulai dari mencambuk, menggantung tubuh secara terbalik, memukul dengan pentungan logam, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Prabowo-Muhaimin Deklarasi Berkoalisi Siap Maju dalam Pilpres 2024 Mendatang 

Yang ke lima diduga menyuntikkan virus dan bakteri terhadap para tahanan.

Tak banyak yang tahu bahwa penjajah Jepang juga menggunakan senjata biologis untuk upaya memenangkan perang dunia kedua.

Metode ini disebut sebagai operasi unit 731 yang memiliki laboratorium di harveat Tiongkok.

Mereka juga melakukan uji coba obat kimia virus dan bakteri terhadap manusia.

Misalnya dengan menyuntikkan bakteri Sifilis kepada wanita hamil, meledakkan bom untuk melihat efeknya pada manusia, membedah tahanan tanpa bius dan lain-lain.

Yang ke enam menjadikan para perempuan sebagai puncak seksual atau Jugun Ianfu.

Terakhir yang sering terlupakan adalah Jepang menciptakan Jugun Ianfu.

Ini merupakan istilah yang diberikan untuk memanggil para perempuan yang dijadikan budak kepelacuran paksa untuk tentara Jepang.

Baca Juga: Tidak Bisa Mengelak, Timsus Polri Bongkar Kecerobohan dan Kesalahan Fatal Irjen Ferdy Sambo

Korbannya mayoritas berasal dari Korea, Malaysia, Tiongkok, dan tak terkecuali Indonesia.

Perempuan-perempuan itu dijemput paksa dari keluarganya dan ditempatkan dalam sebuah rumah yang disebut sebagai rumah bordil.

Tujuannya adalah untuk mempermudah tindak perkosaan di setiap wilayah yang mendiami oleh tentara Jepang.

Didaalamnya tak hanya perempuan Indonesia, mereka juga menahan perempuan keturunan Tiongkok, Belanda, Perancis, dan Portugis.

Para tentara akan datang setiap harinya untuk memperkosa mereka.

Baca Juga: Parah! Ternyata Karena Ini Telles Dibuang Oleh Manchester United!

Bahkan mereka juga tak ragu memukul, menampar, dan bahkan menikamnya hingga mati.

Ketika perempuan itu melawan suntik kontrasepsi yang tidak dilakukan secara steril juga sering dilakukan agar para Jugun Ianfu tidak hamil.

Tak terbayangkan betapa buruknya perlakuan tentara Jepang terhadap Ianfu.

Hingga mayoritas dari mereka mengalami kerusakan rahim.

Pemerintah Jepang disebut-sebut telah meminta maaf akan kejadian dalam perang dunia kedua ini.

Namun hal itu tentu tidak sebanding dengan luka fisik dan mental yang dibawa para penyintas Ianfu seumur hidupnya.

Itulah kekejaman penjajah Jepang yang tercatat dalam sejarah Indonesia.***



Editor: Muh Romli

Sumber: YouTube Aliqul Chanel

Tags

Terkini

Terpopuler