Ketahanan pangan berbasis keluarga jadi kunci atasi pandemi COVID-19

- 13 Desember 2020, 19:14 WIB
Mantan KemenkoEkon Bayu Krisnamurthi
Mantan KemenkoEkon Bayu Krisnamurthi /Instagram/13 Desember 2020 /
PRIANGANTIMURNEWS- Bayu Krisnamurthi selaku ketua IPB SDGs (Sustainable Development Goals) Network memaparkan, bahwa ditengah pandemi menciptakan ketahanan pangan dan gizi berbasis keluarga bisa menjadi titik terang ekonomi ditengah pandemi COVID-19.
 
Beliau mengatakan, gizi dan pangan harus menjadi hal utama yang di pikirkan oleh masyarakat. Dampak pandemi harus ditangani dengan serius. Dengan. memanfaatkan bahan pangan bagi keluarga.
 
 
Menurutnya, Dua pertiga urusan kelaparan berhubungan dengan kecukupan konsumsi pangan dan gizi. 
 
Dalam  kegiatan Bincang-Bincang Bayu, memaparkan Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni IPB (BBA) volume 3, dengan tema "Ketahanan Pangan di Masa Pandemi" di Bogor, Minggu (13/12) Sebagaimana dikutip Priangan Timur News dari Antara 'Kunci Bertahan ditengah Pandemi, Ketahanan Pangan Berbasis Keluarga'
 
Wakil Menteri Perdagangan periode 2011-2014 menjelaskan persoalan konsumsi pangan dan ketidakcukupan gizi seperti ancaman stunting pada anak menjadi problem yang harus dicarikan solusinya mulai dari tingkat keluarga.
 
Meski demikian, pembicaraan soal pemenuhan gizi keluarga ini tidak sebatas membahas aspek sosial budaya dan selera makan, karena juga terkait dengan pengetahuan dan kesadaran akan gizi.
 
"Dalam konteks ini, peran ibu menjadi sangat penting, pendapatan keluarga sangat menentukan untuk memastikan kecukupan pangan bergizi, serta pemahaman soal sistem pangan juga sangat penting," katanya.
 
Menurut Bayu, ketahanan pangan itu bukan hanya persoalan produksi, tetapi juga ditentukan oleh faktor distribusi, pengolahan, penyimpanan, hingga konsumsi.
 
Sementara itu, Sosiolog Universitas Indonesia, Dr Imam Prasodjo, menilai penerapan pembangunan berkelanjutan adalah kondisi yang adil di antara dikotomi dua pihak yang mengagungkan pertumbuhan ekonomi dengan pihak yang menginginkan adanya kelestarian alam.
 
"Paradigma pembangunan itu tidak semata-mata hanya soal pertumbuhan, tapi juga soal kebahagiaan," katanya.
 
Untuk itu, menurut Imam Prasodjo, yang juga Direktur Yayasan Nurani Dunia, pemuda masa kini, lebih pro kepada pencegahan perubahan iklim, sehingga mereka perlu dirangkul dan diberdayakan agar menjadi penggerak pembangunan berkelanjutan.
 
"Kebangkitan ketahanan pangan, dapat dilakukan melalui pertanian rumah tangga dan pertanian komunitas. Petani yang termarjinalkan harus didampingi oleh orang kota yang terdidik, karena pertumbuhan pertanian menjadi tidak produktif jika tenaga kerjanya tidak terdidik," katanya.***

Editor: Agus Kusnanto

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah