Sebelumnya, menurut kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik menyebutkan, bahwa lebih dari 1.500 orang telah ditangkap di bawah junta. Asosiasi ini dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengatakan bahwa lebih dari 50 pengunjuk rasa telah tewas.
Pihak berwenang Myanmar mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka telah menggali jenazah Kyal Sin yang berusia 19 tahun, yang telah menjadi ikon gerakan protes setelah dia ditembak mati di kota Mandalay pada hari Rabu dengan mengenakan kaus bertuliskan "EVERITHING WILL BE OK".
Baca Juga: Curug Jebulan Wisata Alam Pilihan Weekend di Pangandaran
MRTV yang dikelola negara mengatakan penyelidikan bedah menunjukkan dia tidak mungkin dibunuh oleh polisi karena proyektil yang salah ditemukan di kepalanya dan dia ditembak dari belakang, sedangkan polisi ada di depan.
Foto-foto pada hari itu menunjukkan kepalanya berpaling dari pasukan keamanan beberapa saat sebelum dia terbunuh. Para penentang kudeta menuduh pihak berwenang berusaha menutup-nutupi.
Pembunuhan itu telah memicu kemarahan di Barat dan juga dikecam oleh sebagian besar negara demokrasi di Asia. Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya telah memberlakukan sanksi terbatas pada junta. China, sementara itu, mengatakan prioritasnya haruslah stabilitas dan negara lain tidak boleh ikut campur.
Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan Suu Kyi dan penghormatan pada pemilihan November, yang dimenangkan partainya secara telak, tetapi ditolak oleh tentara. Tentara mengatakan akan mengadakan pemilihan demokratis pada tanggal yang belum ditentukan.
Pelobi Israel-Kanada Ari Ben-Menashe, yang dipekerjakan oleh junta Myanmar, mengatakan kepada Reuters bahwa para jenderal ingin meninggalkan politik dan berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat dan menjauhkan diri dari China.
Dia mengatakan Suu Kyi telah tumbuh terlalu dekat dengan China untuk disukai para jenderal.