Dahulu Memilih Berpisah dengan Indonesia, Kisah 20 Tahun Timor Leste Pasca Restorasi Kemerdekaan

- 22 Juli 2022, 21:44 WIB
Foto kegiatan anak sekolah pada sebuah desa di Timor Leste.
Foto kegiatan anak sekolah pada sebuah desa di Timor Leste. /Tangkap layar Youtube Najwa Shihab

PRIANGANTIMURNEWS– Kilas balik 20 tahun ke belakang Indonesia melepaskan suatu wilayah yang kini menjelma menjadi negara baru yang bernama Timor Leste.

Timor Leste, sebelumnya merupakan sebuah bagian dari negara Republik Indonesia yang menjadi Provinsi ke 27 di Indonesia.

Menilik pada benang sejarah pada tanggal 30 Agustus 1999 pasca runtuhnya Orde Baru, di ajukanlah sebuah referendum yang mendapat sponsor dari PBB.

Dari sebuah referendum tersebut didapati rakyat Timor Timur yang pada saat itu memilih untuk tetap bergabung dengan Indonesia berjumlah 94.388 (21,5%), dan terdapat 344.580 (78,5%) penduduk memilih untuk merdeka.

Baca Juga: Kabar Kasus Subang Memanas: Kepsek W Diduga Terkait Perkara Pembunuhan Ibu dan Anak?

Sehingga hal ini membuat suatu kenyataan Indonesia harus melepas Timor Timur.

Hal ini tentunya merupakan suatu mimpi buruk sekaligus kado pahit untuk Indonesia mengingat pada hari itu adalah tepat 13 hari pasca Republik Indonesia memperingati hari Kemerdekaan.

Selang beberapa tahun kemudian perjuangan rakyat Timor Leste berbuah hasil manis, pada akhirnya negara ini mencapai status penuh dengan diakuinya sebagai negara berdaulat.

Pasca 20 tahun restorasi kemerdekaan yang diraih melalui referendum masih belum terlihat wajah kemajuan yang cukup signifikan.

Baca Juga: UPDATE KASUS SUBANG, Pernyataan Saksi D adalah Kebohongan, Danu dan Yoris Tenang!

Bahkan untuk bahan pokok di negara ini masih mengandalkan Indonesia.

Belakangan ini sempat beredar sebuah narasi tentang penyesalan Timor Leste pasca memerdekakan diri dari Indonesia.

“Kalau soal narasi itu urusan publik dan kesannya sendiri-sendiri, tetapi kita tidak bisa membuat jarum sejarah berbalik. Tidak bisa juga sejarah itu berjalan mundur apapun itu Timor Leste sudah merdeka kita dukung untuk maju dan akan membantu melalui hubungan tatanan Internasional,” ungkap Mahfud M.D kepada Najwa Shihab dalam sebuah video Youtube pribadi Najwa yang diunggah pada tanggal 20 Juli 2022.

Dalam video tersebut Najwa pun mewawancarai sejumlah pemuda yang tampaknya mereka masih mengenal baik negara Indonesia.

Tak ayal hal ini dikarenakan kejadian masa lalu serta masih terdapat kesamaan antara Indonesia dan Timor Leste.

Baca Juga: Loncat Dua Tingkat, Pangandaran Raih Penghargaan Kabupaten Layak Anak 2022 Katagori Madya

Terungkap bahwa dari percakapan ada salah satu narasumber bernama Natly Ornai yang mengungkapkan merasa bersyukur karena dijajah Indonesia, karena kala itu diharuskan bersekolah hingga SMA.

Dari wawancara Najwa terhadap Calestino Marques terungkap bahwa dia memiliki sebuah keinginan untuk bisa menempuh pendidikan di kampus ternama yang ada di Indonesia yakni Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Mimpinya itu bisa masuk UGM,” ucapnya. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia menjadi sebuah pilihan untuk bisa melanjutkan pendidikan.

Dari segi ekonomi nampaknya negara ini masih dikatakan jauh dari ideal, sehingga banyak anak muda yang memilih menjadi pekerja migran karena kesempatan untuk mendapat pekerjaan dan upah yang besar.

Hal ini terjadi dikarenakan masih sulitnya peluang karir yang ada di Timor Leste, “tetapi meskipun mendapat uang 'poundsterling' mereka tak ada niat untuk meninggalkan negaranya,” ungkap Antonio kepada Najwa.

Baca Juga: Mengubah Gaya Bermain Setan Merah, Sampai Ten Hag Siapkan Taktik Ini Untuk Bantai Liverpool!

Bukan hanya dari segi ekonomi, ada hal yang lebih memprihatinkan yakni pada sektor pendidikan yang belum merata.

Bahkan untuk sebuah bangunan sekolah masih menggunakan bekas peninggalan Indonesia.

Beruntunglah terdapat pengajar sukarelawan yang mendedikasikan dirinya untuk membantu masalah pendidikan yang ada di desanya.

Dari sebuah wawancara terhadap sekretaris jenderal partai Fretilin terkuak sebuah informasi, “Mereka tidak memiliki air bersih di rumah tetapi membangun jalan di sepanjang pesisir pantai, bahkan pendidikan berada di level yang rendah. Memberantas kemiskinan bukan sebagai tujuan, tetapi slogan,” ucap Mari Alkatiri kepada Najwa Shihab.

Secara garis besar kemajuan di negara ini belum terlihat, sebagai negara baru hal ini tentunya menjadi sebuah tantangan utama. Perbaikan ekonomi serta pendidikan harus menjadi hal utama ketimbang persaingan elit politik.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: Youtube @Najwa Shihab


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah