PRIANGANTIMURNEWS- Pemprov Jawa Timur menyatakan mereka tengah fokus untuk memberikan penanganan untuk para korban tragedi stadion Kanjuruhan usai laga antara Arema vs Persibaya yang berakhir rusuh.
Arema vs Persebaya bertanding pada Sabtu, 1 Oktober 2022 kemarin di stadion Kanjuruhan Malang yang berakhir rusuh.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa penanganan diberikan terutama kepada para korban yang saat ini masih membutuhkan tindakan medis akibat mengalami luka-luka.
"Kami akan fokus pada penanganan korban, baik yang mereka membutuhkan tim DVI, yang membutuhkan tindakan karena luka berat maupun luka ringan," kata Khofifah.
Khofifah menjelaskan, bagi para korban yang membutuhkan identifikasi, saat ini akan dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Kota Malang.
Para korban dibawa ke RSUD Saiful Anwar karena pada rumah sakit tersebut memiliki peralatan yang lebih lengkap.
Baca Juga: Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil Buka Suara Terkait Laga Persib Bandung vs Persija Jakarta!
Selain itu, lanjutnya, penanganan para korban yang membutuhkan tindakan lebih juga akan dipindahkan ke RSUD Saiful Anwar Kota Malang.
Ia memastikan bahwa biaya penanganan para korban tersebut ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Tim di RSUD Saiful Anwar relatif peralatan dan tim medisnya cukup lengkap. Maka yang membutuhkan identifikasi dari jenazah yang belum atau tidak membawa identitas akan bisa dilakukan," ujarnya.
Baca Juga: Seolah Tak Punya Rasa Empati, Baim Wong dan Paula Verhoeven Membuat Konten KDRT
Berdasarkan data terakhir, korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pascapertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya bertambah menjadi 182 orang.
Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan.
Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya.
Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.
Ditembakkannya gas air mata tersebut dikarenakan para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.***