Network
PRIANGANTIMURNEWS - Jelang berakhirnya musim 2021-2022 lalu, sepak bola Inggris dihadapin dengan fenomena maraknya aksi pitch invading berujung rusuh.
Usai pertandingan Everton 3-2 Crystal Palace 20 Mei 2022 di Goodison Park yang nandain lolosnya 'The Toffees' dari tepi jurang degradasi, ada oknum suporter Everton yang nekat merekam wajah pelatih Palace, Patrick Vieira, sambil meracau. Suporter itu lalu ditendang oleh Vieira yang (jelas) emosi.
Gak beda jauh dari waktu kejadian perkara Vieira dan suporter Everton, kapten Sheffield United, Billy Sharp, juga ngalamin perlakuan ngga terpuji dari suporter Nottingham Forest yang menuhin lapangan usai kemenangan timnya di semifinal play-off Championship. Sharp ditanduk sampai jatuh ke tanah dan mengalami bibir sobek.
Baca Juga: Wagub Jabar, Uu Ruzhanul Ulum Gelar Doa Bersama Untuk Keselamatan Putra Sulung Ridwan Kamil
Pitch invading emang hal yang lumrah terjadi, apalagi di momen penting yang sarat emosi kayak selebrasi. Tapi, bukan berarti pitch invading mesti diwajarkan.
Hal ini diatur dalam Laws of the Game milik IFAB dan termasuk pelanggaran, kategori perilaku gak sportif. Dalam The Football (Offences) Act tahun 1991 pun disebut kalo pihak yang masuk ke area lapangan tanpa izin atau basis hukum jelas, bisa ditindak atas perlakuan ofensif.
Biasanya, pelaku pitch invading (pitch invader) yang rusuh, merusak, dan mengganggu jalannya pertandingan akan diberi hukuman sesuai FBO (Football banning order) berupa larangan nonton atau hadir ke stadion selama periode tertentu, sesuai Football Spectators Act tahun 1989, bagian 14A.
Baca Juga: INFO TERBARU KASUS SUBANG: Berani Bersumpah, Pernyataan Saksi Ini Sangat Mencengangkan!
Tapi, kalau aksinya lebih fatal, mereka bisa dihukum penjara, kayak oknum yang nyerang Billy Sharp tadi-dipenjara 24 minggu karena kekerasan.
Pitch invading ini walau keliatannya seru, sebetulnya ngeri, lho. Gimana kalo ada yang manfaatin kondisi buat sampai ngilangin nyawa pemain? Eks striker Watford, Troy Deeney ngasih POV-nya soal itu.
