Ribuan Pekerja Protes, Pembuat Game Activision Blizzard Menghadapi Perhitungan Me Too

- 31 Juli 2021, 13:32 WIB
CEO Activision Bobby Kotick meminta maaf kepada karyawan, mengatakan bahwa tanggapan terhadap gugatan itu "tuli nada".
CEO Activision Bobby Kotick meminta maaf kepada karyawan, mengatakan bahwa tanggapan terhadap gugatan itu "tuli nada". /BRIAN LOSNESS/REUTERS

PRIANGANTIMURNEWS- Lebih dari 1.500 pekerja untuk pembuat video game Activision Blizzard keluar dari pekerjaan mereka minggu ini. Ribuan orang menandatangani surat yang menegur majikan mereka.

Dan bahkan ketika chief executive officer meminta maaf, karyawan saat ini dan mantan karyawan mengatakan mereka tidak akan berhenti membuat keributan.

Shay Stein, yang pernah bekerja di Activision, mengatakan itu "memilukan". Lisa Welch, mantan wakil presiden, mengatakan dia merasakan "kekecewaan yang mendalam".

Yang lain turun ke Twitter atau melambaikan tanda di luar salah satu kantor perusahaan pada hari Rabu untuk berbagi kemarahan mereka.

Di tempat lain secara online, penggemar berusaha untuk mengatur boikot game Activision dalam solidaritas dengan karyawan.

Baca Juga: Yatim Piatu Dan Pelajar Dapat Bantuan Beasiswa Anak Pedagang Kecil Terdampak PPKM Rp250 Ribu, Begini Caranya

"Anda dapat mendukung ActiBlizzWalkout dengan tidak memainkan judul mereka," tulis pengguna Twitter Shannon. Postingan itu mengumpulkan lebih dari 2.300 retweet dan lebih dari 5.000 suka. Di komentar, pengguna lain menyarankan untuk tidak masuk ke game atau mencopot pemasangannya.

Activision, yang dikenal dengan franchise game Call Of Duty, World Of Warcraft, dan StarCraft yang sangat populer, telah dihebohkan karena masalah perilaku di tempat kerja.

Pergolakan itu bermula dari gugatan eksplosif yang diajukan Departemen Ketenagakerjaan dan Perumahan yang Adil California pada 20 Juli, menuduh perusahaan senilai 65 miliar dollar US (88 miliar dollar S) itu memupuk "budaya tempat kerja frat boy" di mana pria bercanda tentang pemerkosaan dan wanita secara rutin dilecehkan dan dibayar lebih rendah dari rekan laki-laki mereka.

Halaman:

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: The Straits Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x