Sungguh amat murka dan merasa dipermalukan oleh tuntutan Gajah Mada ini. Singkat cerita Raja linggabuana dari Galuh ditemani oleh sejumlah punggawanya mengantar Diah Pitaloka ke Majapahit.
Sesampainya di Bubat yang berada di sebelah utara Trowulan ibukota Majapahit terjadi kesalahpahaman.
Krubungan ini dikepung oleh pasukan Gajah Mada terjadi perang tanding yang tak seimbang raja linggabuana dan para punggawanya terbunuh. Diah Pitaloka dan para dayang pengiringnya kemudian memilih bunuh diri.
Baca Juga: Prediksi Skor Olympiacos vs Atalanta, Head to Head, Berita Tim, Starting XI: Liga Eropa UEFA 2021-22
Tradisi dan kisah-kisah lokal menyebutkan bahwa dalam kesedihan dan hati yang remuk redam Sang Putri melakukan bunuh diri untuk membela Kehormatan dan harga diri negaranya,
Menurut tradisi kematian Dyah Pitaloka diratapi oleh Hayam Wuruk serta segenap rakyat kerajaan Sunda yang kehilangan sebagian besar keluarga kerajaannya.
Oleh karena itu masyarakat Sunda kematian sang putri dan raja Sunda dihormati dan dipandang sebagai suatu keberanian dan tunggakan mulia untuk membela kehormatan bangsa dan negaranya,
Sejak itu penerus raja Linggabuana yang kemudian dikenal sebagai Siliwangi mengeluarkan sebuah larangan atau pamali alias larangan para para lelaki Sunda untuk menikahi perempuan Jawa.
Larangan dengan berbagai pamali ikutan lainnya itu diwariskan dan dilestarikan sebagai turun-temurun melalui sebuah kisah Pasundan Bubat dalam kidung sundayana kidung itu sendiri dinyanyikan dalam pagelaran budaya bahkan ketika ibu menabok kan anaknya akibatnya rasa kecewa marah terhadap Gajah Mada.