Sejarah 2 Maung Panjalu dan Sumpahnya Kepada Warga Panjalu Ciamis

- 28 Februari 2022, 13:12 WIB
Ilustrasi 2 Harimau Panjalu.
Ilustrasi 2 Harimau Panjalu. /Instagram @harimauputih199/

PRIANGANTIMURNEWS- Selain dikenal berkat Situ Lengkong dan upacara adat nyangku panjalu ciamis juga dikenal dengan mitos maung dulunya mitos ini berkembang di kalangan masyarakat panjalu.

Sebagaimana dilansir priangantimurnews.com dari Youtube Keramat Wali, Zaman dulu dan mungkin masih dipercaya oleh sebagian orang hingga saat ini dikutip dari buku babad panjalu.

Orang panjalu yang keturunan maung panjalu dicirikan dengan kuku tangannya yang mirip kuku harimau dan apabila bertemu dengan harimau betulan, harimau betulan akan ketakutan.

Mitos maung panjalu berasal dari cerita babad yaitu babad panjalu, alkisah seorang putri kerajaan sunda Pajajaran bernama Dwi Suci larang dipinang oleh seorang pangeran dari Majapahit yang bernama pangeran Gajah Wulung.

Baca Juga: HANYA DI SINI, Lirik dan Link Download MP3 Lagu 'Cinta Sampai Mati' - Raffa Affar, GRATIS

Setelah menikah sang putri pun diboyong ke Majapahit oleh sang suami yang disebut dalam kisah tradisional sebagai putra dari Prabu Brawijaya.

Beberapa waktu kemudian sang putri mengandung nampaknya ia tak terlalu betah di Majapahit maka ketika kandungannya mendekati usia melahirkan ia meminta izin untuk dapat melahirkan di tanah kelahirannya di sunda.

Meski berat hati pangeran Gajah Wulung mengizinkan permintaannya tersebut maka diperintahkan lah sepasukan untuk mengantar Dwi Suci larang ke kerajaan Pajajaran menjalani perjalanan yang sangat panjang tersebut.

Di tempat-tempat yang aman dan nyaman rombongan kerap berhenti untuk beristirahat hal tersebut juga dilakukan ketika memasuki kawasan hutan panumbangan yang saat itu masih wilayah kerajaan Panjalu.

Disebuah tempat iring-iringan memutuskan untuk mendirikan tenda tak diduga di tempat tersebut sang putri anak kembar meski dalam keadaannya darurat kedua bayi dapat dilahirkan dengan selamat,

Yang laki-laki kemudian dinamakan bongbang larang dan yang perempuan dinamakan bongbang kencana,

Ari-ari kedua bayi dimasukkan kedalam sebuah pendil tanah liat dan diletakkan diatas sebuah batu besar beberapa hari kemudian rombongan melanjutkan perjalanan hingga sampai di keraton Pajajaran singkat cerita kedua anak kembar tersebut kemudian tumbuh di keraton Pajajaran Prabu Siliwangi,

Baca Juga: Kim Hyun Joong Umumkan Akan Menikah dengan Wanita Non Selebriti

Sang kakek sangat menyayangi mereka namun semakin beranjak remaja ada perasaan yang terus mengganggu pikiran mereka yaitu keinginan untuk bertemu dengan sang ayah.

Di kerajaan majapahit karena usia mereka yang masih kecil sang kakek Prabu Siliwangi tidak mengizinkan keduanya untuk pergi menunggu hingga usia mereka dewasa.

Namun rasa penasaran terus mengganggu pikiran kedua remaja tersebut akhirnya keduanya sepakat untuk pergi dengan diam-diam, 

Maka pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah mereka meninggalkan keraton menuju ke arah timur setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh mereka tiba di sebuah hutan belantara di kaki gunung sawal.

Karena merasa lelah dan haus empat tersebut keduanya berhenti untuk beristirahat ketika mencari sumber air kedua remaja tersebut menemukan sebuah pendil diatas sebuah batu besar.

Ternyata Pendil tersebut adalah tempat menyimpan ari-ari mereka ketika mereka lahir dulu tentu saja mereka tak mengetahuinya melihat pendil tersebut berisi air bongbang larang yang sangat kehausan itu langsung meminumnya dengan mendekatkan pendil ke mulutnya.

Namun keajaiban terjadi kepala pendil tersebut tiba-tiba membesar dan mencaplok kepala bongbang larang sehingga tidak bisa dilepas kebingungan dengan apa yang terjadi.

Bongbang Kencana kemudian menuntun sang kakak untuk mencari pertolongan mereka berjalan terus ke arah timur sehingga bertemu seorang kakek bernama aki Ganjar,

Baca Juga: 5 Peringkat Debut Pemain Terhebat dalam Sejarah Manchester United: Cristiano Ronaldo bukan Terunggul!

Oleh kakek tersebut keduanya disarankan untuk menemui seorang sakti yang tinggal di utara orang tersebut bernama aki Garahang beliau adalah seorang pendeta hindu bergelar pandita guna wisesa wiku tranggana,

Kemudian oleh aki garahang pendil tersebut dipecahkan dengan sebuah kujang sehingga terbelah menjadi dua konon kujang tersebut sampai kini masih tersimpan di pasucian bumi alit.

Keajaiban kembali terjadi pendiri yang terbelah dua itu kemudian membentuk sebuah selokan dan gula atau kolam selokan tersebut selanjutnya dinamakan cipang buangan, sebagai ungkapan terima kasih kedua remaja kembar itu pun memutuskan untuk mengabdi di padepokan aki Garahang.

Sebelum melanjutkan perjalanan ke Majapahit suatu hari aki Garahang hendak berpergian untuk sebuah keperluan untuk itu,

Ia menitipkan padepokannya kepada bongbang larang dan bongbang kencana sebelum pergi sang pendeta berpesan agar kedua remaja tersebut tidak mendekatiku lapang buangan yang letaknya tidak jauh dari padepokan tersebut.

Namun larangan itu tak diindahkan oleh kedua remaja tersebut sepeninggalan sang pendeta keduanya tak bisa menahan diri untuk mendatangi kulah terlarang itu,

Kemudian bongbang larang dan bongbang kencana mendekatiku lapang buangan tersebut yang ternyata sangat indah dan berair jernih di dalamnya dan dipenuhi ikan berwarna-warni,

Melihatnya bongbang larang tak sabar untuk segera saja menceburkan di ke dalam air itu sementara sang adik hanya membasuh kedua tangan dan wajah sambil meredamkan kedua kakinya,

Betapa terkejut keduanya kemudian bongbang larang naik kedarat wajah dan seluruh tubuhnya telah ditumbuhi bulu lebat seperti seekor harimau demikian juga dengan bongbang kencana,

Ketika melihat tubuhnya dipermukaan air itu wajahnya telah berubah sehingga tak sadar menceburkan diri ke dalam gua keduanyapun kini berubah menjadi dua ekor harimau kembar jantan dan betina.

Singkat cerita ketika aki Garahang pulang dan mendapati dua ekor harimau di padepokannya ia terkejut hampir saja kedua harimau itu dibunuhnya karena dikira telah memangsa bongbang larang dan bongbang kencana.

Namun kemudian ia segera maklum dengan apa yang terjadi, ia pun tak bisa berbuat papa aki Garahang berpendapat bahwa kejadian itu sudah menjadi kehendak yang kuasa.

Aki Garahang kemudian menasehati keduanya dan berpesan agar mereka tidak mengganggu orang Panjalu beserta hewan peliharaannya bila melanggar mereka akan mendapat kutukan darinya.

Kedua anak harimau tersebut kemudian berjalan tak tentu arah hingga sampai di cipanjalu yang merupakan kebun milik keraton Panjalu yang ditanami aneka sayuran dan buah-buahan.

Di bagian hilirnya terdapat pancuran tempat pemandian keluarga kerajaan ketika sedang berjalan di kebun tersebut kaki mereka tak sengaja terjerat oleh sulur-sulur tanaman paria oyong atau sayuran sejenis terong-terongan sehingga jatuh kedalam gaul atau saluran air tertutup terbuat dari batang pohon yang dilubangi.

Hal itu menyebabkan aliran air di bagian hilir tersumbat oleh tubuh mereka keesokan harinya Prabu Sanghyang Cakradewa terheran-heran ketika melihat pancuran di pemandiannya tidak mengeluarkan air.

Ketika diperiksa ia sangat terkejut melihat ada dua harimau kecil yang menyumbat saluran air hampir saja kedua harimau itu dibunuh oleh sang Prabu karena khawatir membahayakan masyarakat.

Namun setelah mengetahui bahwa keduanya adalah jelmaan putra-putri kerajaan Pajajaran sang Prabu menjadi iba ia pun kemudian menyelamatkan keduanya dari himpitan saluran air itu.

Sebagai tanda terima kasih kedua harimau itu bersumpah di hadapan sang prabu untuk tidak mengganggu orang Panjalu dan keturunannya bahkan bila diperlukan mereka bersedia datang menolong dan melindungi orang Panjalu yang berada dalam kesulitan.

Namun terdapat kekecualian perlindungan tidak akan diberikan kepada mereka yang meminum air dengan cara meneguk langsung dari tempat air minum dan yang menanam atau memakan paria oyong serta yang membuat gaul saluran air tertutup.

Baca Juga: Kisah Terbentuknya Situ Gede Tasikmalaya dan Tragedi Pembunuhan Raja Muda Sumedang Prabudilaya

Orang-orang tersebut tidak akan menolongnya selanjutnya kedua harimau kembar itu melanjutkan perjalanan hingga tiba di keraton Majapahit dimana sang ayah ternyata telah bertahta sebagai raja sang Prabu sangat terharu dengan kisah perjalanan kedua putra putri kembarnya.

Ia kemudian memerintahkan bongbang larang untuk menjadi penjaga di keraton Pajajaran sedangkan bongbang kancana diberi tugas untuk menjaga keraton Majapahit pada waktu-waktu tertentu.

Kedua saudara kembar ini diperkenankan untuk saling menjenguk maka menurut kepercayaan masyarakat Panjalu zaman dulu kedua harimau maung Panjalu tersebut akan berkeliaran untuk saling menjenguk pada setiap bulan maulud.

Begitulah sekilas sejarah dua maung panjalu semoga dapat menambah wawasan kalian dan semoga bermanfaat.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: Youtube Keramat Wali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah