Asal Usul Suku Adat Buton Sulawesi Tenggara, Salah Satu Suku yang Tidak Pernah Dijajah dan Paling Ditakuti

- 18 Agustus 2022, 10:42 WIB
 ilustrasi asal usul suku adat Buton Sulawesi tenggara/Tangkapan layar YouTube Abdul ragil yalisi
 ilustrasi asal usul suku adat Buton Sulawesi tenggara/Tangkapan layar YouTube Abdul ragil yalisi /

PRIANGANTIMURNEWS - Pemakaian Adat Buton pada perayaan kemerdekaan Indonesia yang Ke- 77 di istana negara menjadikan banyak yang mencari tahu darimana Asal Usul Suku Adat Buton.

Suku Adat Buton yang berada di daerah Sulawesi Tenggara merupakan salah satu etnis yang berkekuasaan Kesultanan Buton .

Tepatnya wilayah Kesultanan Buton terletak di Kepulauan bau-bau Provinsi Sulawesi Tenggara ,

Suku Buton memiliki nenek moyang yang berasal dari imigran yang datang dari Johor sekitar abad 15 dan kemudian mendirikan Kerajaan Buton.

Baca Juga: Batal Bergabung dengan Persib Bandung, Paul Munster jadi Direktur Teknik Brunei Darussalam

Kerajaan tersebut bertahan hingga tahun 1965 dimana pada tahun itu Sultan terakhir meninggal dunia .

Meninggalnya Sultan terakhir membuat tradisi Kepulauan Buton tercerai-berai , masyarakat Buton memiliki beragam bahasa yang begitu beragam.

Di Suku Buton terdapat 30 bahasa lebih bahasa dengan macam dialek, wujud akulturasi dalam bidang bahasa dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta.

Baca Juga: Lirik lagu Full Senyum Sayang Beserta Artinya, Dipopulerkan oleh Evan Loss

Bahasa Itu bisa di temukan sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Buton dalam perkembangan .

Selanjutnya bahasa Sansekerta digantikan oleh bahasa Arab seiring masuknya ajaran Islam di kerajaan Buton pada abad ke-15 M.

Banyaknya penggunaan bahasa Arab pada kosakata bahasa Buton menunjukkan tingginya pengaruh Islam dalam Kesultanan Buton .

Disamping itu bahasa Buton juga menyerap unsur-unsur bahasa Melayu Sebelum masuknya pengaruh Hindu oleh bangsa Majapahit pada abad ke-13.

Baca Juga: Fenomena Mistis Terjadi di Astana Giribangun, Saat Pemakaman Presiden Soeharto

Dan Islam yang di bawah pada abad 15 masyarakat Buton mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang animisme dan dinamisme .

Masuknya agama Hindu Islam mendorong masyarakat Buton mulai menganut agama Hindu Islam walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli nya.

Seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan jiwa alam misalnya masyarakat nelayan Wakatobi khusunya tomyam mengenal adanya dewa laut ,Waode Maryam.

Nenek Moyang itu dipercaya dapat menjaga mereka dalam mengarungi lautan benda yang terkenal ganas .

Disamping itu masyarakat Buton juga mengenal Dewa yang melindungi keberadaan hutan yang dikenal dengan nama Wakina masterys asteris.

Masuknya Islam di Buton pada abad ke-15 yang dibawa oleh ulama dari patani juga telah meletakkan dasar-dasar ilmu fiqih kepada kesultanan dan masyarakat Buton.

Baca Juga: Kejagung Kembali Periksa Surya Darmadi Terkait Kasus Pencucian Uang Lahan Sawit di Riau, Setelah Jadi Buronan

Ilmu fiqih merupakan ilmu Islam yang mempelajari hukum dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban umat terhadap Allah dan sesama manusia.

Sehingga masyarakat Buton dapat hidup sesuai dengan kaidah Islam dan pada abad ke-16 lahir dasar ilmu kalam dan tasawuf di Buton .

Hubungan kekerabatan masyarakat Suku Buton seorang laki-laki bertugas mencari nafkah sedangkan wanita Menyiapkan makan melakukan pekerjaan rumah tangga .

Membuat barang-barang dari tanah liat, menenun dan menyimpan uang yang telah dikumpulkan oleh kaum laki-laki .

Sejak dulu orang Buton juga sangat mementingkan pendidikan yang baik terhadap anak laki-laki dan perempuan .

Membuat mereka memiliki kesusastraan yang maju tidak ketinggalan pula dalam hal mempelajari bahasa asing.

Baca Juga: Kenapa Islam Dianggap Tidak Adil Dalam Kesetaraan Gender? Begini Penjelasan Buya Yahya

Suku Buton memilih tradisi yang bisa memperlancar pertumbuhan pribadi masyarakat hal ini erat hubungannya dengan keberadaan tradisi sebagai wadah penyimpanan norma sosial kemasyarakatan .

Suku Buton terkenal pula dengan peradabannya yang tinggi dan hingga saat ini peninggalannya masih dapat dilihat di wilayah wilayah Kesultanan Buton.

Diantaranya benteng Keraton Buton yang merupakan benteng terbesar di dunia di istana malige yang merupakan rumah adat tradisional Buton yang berdiri kokoh setinggi empat tingkat.

Rumah adat itu berdiri tanpa menggunakan sebatang paku pun, mata uang Kesultanan Buton yang bernama kampua dan banyak lagi .***





Editor: Muh Romli

Sumber: YouTube Abdul ragil yalisi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x