Meski Pandemi Covid-19, Penjual Kue Keranjang Tetap Panen Cuan

12 Februari 2021, 13:56 WIB
Hom Sen tengah menata kue keranjang di tokonya, di Jalan Selakaso, Kota Tasikmalaya. /Priangantimurnews/Rommy Roosyana/

PRIANGANTIMURNEWS - Situasi pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) tak begitu mempengaruhi penjualan kue keranjang di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Penganan bernama asli Nian Gao itu tetap laris di perayaan tahun baru Imlek 2021.

Imlek tahun ini yang melambangkan kerbau logam lantaran bertepatan pada tanggal 12 Februari, menjadi momen rutin tahunan bagi Hom Sen yang lebih dikenal dengan sapaan Cecep (60).

Pria keturunan Tionghoa ini mengaku produknya tak hanya dibeli sesama keturunan yang tengah merayakan tahun baru, banyak juga warga lain selain keturunan yang sengaja membelinya.

Baca Juga: Ingin Beruntung di Tahun 2021, Konsumsi Makanan Ini Saat Perayaan Imlek

Cecep mengisahkan, ia dan keluarga telah memproduksi kue keranjang lebih dari setengah abad. Usaha tersebut kata dia, merupakan warisan dari neneknya sekitar 70 tahun silam. Bahkan tempat penjualan kue keranjang produknya tak pernah beranjak dari Jalan Selakaso No 28, Kota Tasikmalaya.

Setiap menjelang hari raya Imlek sebut Cecep, ia bisa menghabiskan rata-rata 240 buah kue keranjang per hari. Meski memiliki cukup banyak saingan, kue berbahan beras ketan dan gula aren buatannya tetap diburu para pelanggan.

"Sebetulnya saingan banyak, apalagi sekarang ada produk (serupa) dari daerah daerah Sukabumi. Tapi saya sudah punya pelanggan tetap. Mereka pelanggan lokal, bukan tamu. Bahkan, sebagian besar bukan keturunan (Tionghoa)," terangnya kepada Priangantimur, Jumat (12/02/21) pagi.

Baca Juga: Sekelompok Pemuda Laporkan Novel Baswedan ke Mabes Polri, Gara-gara Cuitannya di Twitter

Apa rahasia Cecep agar produknya dicintai para pelanggan tetap? Pria berperawakan jangkung dengan rambut penuh uban ini menjelaskan, produknya memiliki cita rasa yang khas lantaran dibuat dari bahan-bahan alami, seperti beras ketan dan gula aren asli Tasikmalaya.

"Makanya, kue buatan kami tidak pernah bau apek. Meskipun disimpan selama setahun, justru malah lebih enak. Malah, kalau mau lebih enak lagi, sebelum dimakan diolah dengan cara melumuri terigu, lalu digoreng," terangnya sambil tersenyum.

Ia menyebutkan, kue keranjang produknya dijual dengan dua varian kemasan. Ada kemasan satu kilogram yang dijual Rp 35.000 per buah, ada juga kemasan setengah kilogram yang dijual Rp 17.500. "Selama wabah corona ini saya enggak menaikkan harga, kasihan pelanggan," ujarnya.

Baca Juga: Begini Cara Mengurangi Lemak Tubuh Ala Caesar Cardini

Lalu, apa makna kue keranjang ini?

Para keturunan keluarga Tionghoa meyakini kue keranjang sebagai hidangan yang bisa membawa keberuntungan. Jika dilihat dari bentuk dan teksturnya, sifat kue yang berbentuk bulat, manis, dan lengket itu menyiratkan sebuah makna.

Bentuk bulat kue keranjang dimaknai sebagai keluarga yang tetap bersatu, bersekutu, dan senantiasa rukun.

Baca Juga: Begini Cara Membuat Resep Unik Manihot Esculenta Thailand

Cita rasanya yang begitu manis menyimpan makna seseorang mesti berperilaku dan bertutur kata yang manis agar dapat mampu saling menguatkan satu dengan yang lainnya.

Teksturnya yang lengket menyimpan makna sebuah upaya kuat atau berusaha sekeras mungkin agar keluarga tidak terpisahkan.***

 

Editor: Muh Romli

Tags

Terkini

Terpopuler