PRIANGANTIMURNEWS - Sejumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Ciamis terpaksa menghentikan produksinya. Tindakan dilaukan karena harga kedelai semakin mahal.
Ada perajin tahun dan tempe yang masih bertahan, tetapi harus menghadapi dilema. Di satu sisi tidak mungkin bertahan dengan harga saat ini, karena harga kedelai melambung, di lain sisi khawatir kehilangan pembeli, apabila memperkecil ukuran.
Dilasniti priangantimurnews.com dari Pikiran Rakyat, perajin tahun dan tempe di Kampung Sela Awi, Desa Cisadap, Kecamatan/Kabupaten Ciamis, pada Jumat 18 Februari 2022 masih membuat tahu, tapi ada yang tidak produksi. Terlihat dari tempat usahanya yang kosong. Hanya terdapat peralatan produksi.
Baca Juga: BERITA CIAMIS: Pembelajaran Tatap Muka di Ciamis Dihentkan, Siswa di Dua Sekolah Terpapar Covid-19
Tidak jauh dari tempat itu, beberapa perajin lainnya tetap fokus membuat tahu. Tahu yang baru masak langsung dipres dan kebungkus sesuai ukuran. Mereka mengaku, terpaksa sedikit mengurangi ukuran. Hal itu ditempuh untuk menyiasati naiknya harga kedelai.
Perajin juga berencana ikut melakukan aksi mogok produksi pada tanggal 21 – 23 Februari 2022. Mereka bakal melakukan aksi tersebut, seiring dengan beredarnya pengumuman di media sosial soal mogok produksi. Pengumuman mogok produksi itu atas nama Paguyuban Tahu Tempe Kabupaten Ciamis.
“Iya, rencananya demikian, untuk kebaikan bersama. Kalau yang lain berhenti, ya ikut tidak produksi, tapi jangan lama-lama,” kata Daryan , seorang perajin tahu di Desa Cisadap, Ciamis, Jumat 18 Februri 2022.
Baca Juga: GARUT UPDATE: Suami Gorok Isterinya Hingga Meninggal Divonis 8 Tahun Penjara
Dia mengaku bingung dengan terus melambungnya harga kedelai, yang saat ini sudah menembus Rp 11.500 per kilogram. Untuk menyiasati keadaan, sedikit memperkecil ukuran tahu.
“Serba bingung, harga kedelai terus naik. Kalau dinaikkan, khawatir pelanggan kabur. Jadi terpaksa ukuran sedikit dikecilkan. Pelanggan bisa menerima, perajin juga masih ada sedikit untung,” tuturnya.